Rabu, 26 Oktober 2016

hukum kesiapan sebagai langkah mengatasi kesulitan belajar anak sd

LAPORAN HASIL OBSERVASI HUKUM KESIPAN SEBAGAI LANGAKAH MENGATASI KESULITAN BELAJAR ANAK SD KELAS IV-VI SD NEGERI 3 GISTING ATAS Prongram Studi Pendidikan Bimbingan dan Konseling Dosen Pengampu: Drs. H. Yulianto MS. M. Pd SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG (STKIP-MPL) 2016 NAMA KELOMPOK VII NO NAMA NPM TANDA TANGAN 1 YULIZA 14 020 010 2 KUSWOYO ARIS MUNANDAR 14 020 067 3 ROISMAN 14 020 026 4 WAHYU STIOADJE 14 020 033 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kuasa-Nya, saya dapat menyelesaikan Laporan Hukum Kesiapan Sebagai Langkah Mengatasi Kesulitan Belajar Anak SD klas IV-VI . Melihat masalah yang sering dialami oleh peserta didik maka kami ingin memberi solusi untuk mengatasi atau memecahkan masalah belajar yang sering dialami para peserta didik. Untuk mengatasi atau memecahkan masalah tersebut maka perlu adanya pembinaan untuk peserta didik yang mengalami permasalahn didalam belajarnya berupa Bimbingan untuk melahirkan peserta didik yang berkualitas. Maka perlunya peran guru yang mengerti tentang pembinaan di sekolah. Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu saya dalam menyelesaikan laporan ini. Penulis dalam menyelesaikan tugas ini banyak di bantu oleh berbagai pihak, untuk itu penulis ucapkan trimakasih kepada : 1. Drs.A. Rahman, M.M., M.Pd selaku Ketua STKIP Muhammadiyah Prinsewu Lampung 2. Drs. H. Yulianto MS.M,Pd selaku Dosen mata Kuliah Diangnosa Kesulitan Belajar Anak SD 3. Semua pihak yang telah membantu penulisan dalam menyesulesaikan Laporan ini. Semoga semua amal baik saudara di balas Allah SWT dengan pahala yang setimpal. Kami berharap mudah-mudahan laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya. Pringsewu, Oktobr 2016 Penulis DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i DAFTAR NAMA KELOMPOK ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 2 C. Tujuan …………………………………………………………. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Teori 3 B. Tinjauwan Lapangan 9 BAB III PENUTUP A. Simpulan 11 B. Saran 12 DAFTARPUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Tugas utama seorang guru adalah membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa bila guru mengajar, maka diharapkan siswa belajar. Namun adakalanya didalam kegiatan belajar mengajar di sekolah sering ditemukan masalah-masalah yang berkenaan dengan belajar yang dialami siswa tersebut. Masalah-masalah tersebut dipengaruhi oleh faktor internal(yang berasal dari dalam diri siswaitu sendiri) dan juga oleh faktor eksternal(yang berasal dari luar siswa itu sendiri. Masalah-masalah yang dialami oleh siswa apabila tidak segera diatasi tentunya akan menghambat proses belajar siswa dan akan berdampak pada pencapaian tujuan dari belajar tersebut. Siswa akan berhasil dalam proses belajar apabila siswa itu tidak mempunyai masalah yang dapat mempengaruhi proses belajarnya. Jika terdapat siswa yang mempunyai masalah dan permasalahan siswa tersebut tidak segera ditemukan solusinya, siswa akan mengalami kegagalan atau kesulitan belajar yang dapat mengakibatkan rendah prestasinya/tidak lulus, rendahnya prestasi belajar, minat belajar atau tidak dapat melanjutkan belajar. Untuk itu, sebagai seorang guru ataupun pendidik kita harus mengetahui kondisi siswa agar tercipta proses pembelajaran yang baik dan kondusif. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar. Aktivitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar, kadang-kadang lamban kadang-kadang tidak demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar. Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara lahiriah. Ketidak mampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan orang yang tidak mengalami kesulitan belajar. Belakangan ini banyak dijumpai kasus kesulitan belajar pada anak-anak kususnya anak yang duduk di sekolah dasar. Dalam hal ini orang tua dan guru sangat berperan penuh didalam mengatasi kesulitan belajar anak. Anak yang mengalami kesulitan belajar memerlukan perhatian kusus dari orang tua dan guru. Dirumah orang tua dapat mengawasi anak-anaknya untuk belajar, sehingga anak dapat terpacu untuk belajar. Begitupun di sekolah guru harus dapat memberi motivasi kepada anak dan menciptakan keadaan belajar-mengajar yang menyenangkan. Apabila kesulitan belajar anak tidak mendapat perhatian kusus dari oarang yang ada disekelilingnya termasuk di dalamnya orang tua, guru, dan teman sebaya maka akan membawa dampak negtif bagi anak tersebut. Sehingga harus ada kerja sama antara guru dan anak untuk dapat mengatasi kesulitan belajar peserta didik. Oleh karena itu, perlu pembahasan lebih lanjut mengenai kesulitan beljar yang dialami oleh peserta didik. B. Rumusan Masalah. 1. Apa pengertian masalah belajar? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi belajar? 3. Bagaimana menentukan siswa yang mengalami masalah belajar? 4. Bagaimana cara mengenal dan mengatasi kesulitan belajar siswa? C. Tujuan. 1. Untuk mengetahui definisi masalah belajar. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. 3. Untuk mengetahui cara menentukan siswa yang mengalami masalah belajar. 4. Untuk mengetahui cara mengenal dan mengatasi kesulitan belajar siswa BAB II KAJIAN TEORI A. Kesiapan Belajar (Readiness) 1. Pengertian Menurut Slameto kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Menurut Thorndike sebagaimana yang dikutip oleh Slameto mengartikan kesiapan adalah prasyarat untuk belajar berikutnya. Berbeda dengan Hamalik yang mengartikan kesiapan adalah keadaan kapasitas yang ada pada diri siswa dalam hubungan dengan tujuan pengajaran tertentu. Soemanto mengatakan ada orang yang mengartikan readiness sebagai kesiapan atau kesediaan seseorang untuk berbuat sesuatu. Seorang ahli bernama Cronbach memberikan pengertian tentang readiness sebagai segenap sifat atau kekuatan yang membuat seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu. Sedangkan menurut Djamarah kesiapan untuk belajar merupakan kondisi diri yang telah dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa kesiapan (readiness) adalah suatu keadaan dalam diri seseorang yang membuatnya siap memberi jawaban atau respon dalam mencapai tujuan tertentu. Belajar Menurut Hamalik adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Menurut Gagne belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Cronbach berpendapat bahwa belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan menurut Slameto belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat penulis artikan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku akibat pengalaman. Jadi dapat disimpulkan pengertian kesiapan belajar adalah adalah suatu perubahan keadaan dalam diri seseorang yang membuatnya siapmemberi jawaban atau respon untuk mencapai tujuan pelajaran tertentu. 2. Hukum Kesiapan Thorndike menggagas beberapa ide penting berkaitan dengan hukum-hukum belajar, di antaranya adalah hukum kesiapam (law of readiness). Dalam hukum kesiapan (law of readiness) ini, semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat. Jadi, semakin siap seseorang menerima atau melakukan sesuatu maka semakin baik pula hasilnya sehingga menimbulkan rasa kepuasan. Sebagaimana prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar adalah suatu kegiatan membentuk asosiasi (connection) antara kesan panca indera dengan kecendrungan bertindak. Masalah pertama hukum kesiapan adalah jika ada kecendrungan bertindak dan seseorang melakukannya, maka ia akan merasa puas. Akibatnya ia tidak akan melakukan tindakan lain. Masalah kedua, jika ada kecendrungan bertindak, tetapi seseorang tidak melakukannya, maka timbullah rasa ketidak puasan. Akibatnya ia akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidak puasannya. Masalah ketiga, bila tidak ada kecendrungan bertindak tetapi seseorang harus melakukannya, maka timbullah ketidakpuasan. Akibatnya ia akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya. Dengan kata lain dapat di simpulkan bahwa apabila seseorang telah siap untuk melakukan sesuatu dan ia melakukannya, maka kepuasan yang ia dapat. Begitu pula sebaliknya, yang mengakibatkan ia melakukan hal lain untuk mencari kepuasan. Tetapi, jika seseorang tidak siap untuk melakukan sesuatu dan ia memaksa untuk melakukannya, maka kekecewaanlah yang akan muncul. 3. Prinsip-prinsip Kesiapan Menurut Slameto prinsip-prinsip kesiapan meliputi: 1) Semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh mempengaruhi). 2) Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari pengalaman. 3) Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan. 4) Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan. Mengenai prinsip-prinsip kesiapan, Rasulullah SAW juga senantiasa memperhatikan kesiapan para sahabat, yakni dengan menguji kemampuan saat berangkat perang sebagaimana riwayat berikut: حدثنا محمد بن عبدلله بن نمیر, حدثنا أبي, حدثنا عبدلله, عن نافع, عنابن عمر قال, عرضني رسول لله صلى لله علیھ وسلم یوم احد فيالقتال, وأنا ابن أربع عشرة, فلم یجزني. و عر ضني یوم الخندق, وأنا ابن خمس عشرة سنة,فأجزاني." (رواه البخاري) Artinya: Menceritakan kepadaku Muhammad Ibn ‘Abdullah Ibn Numair, menceritakan kepada kami ‘Abdullah, dari Nafi’ dari Ibn Umar berkata, “Rasulullah SAW menguji kemampuanku berperang pada hari perang uhud, ketika aku berusia empat belas tahun, lalu beliau tidak mengizinkanku. Dan beliau mengujiku kembali pada hari perang Khandaq ketika aku berusia lima belas tahun, lalu beliau mengizinkan aku”. (HR. Bukhari) Menurut Soemanto prinsip-prinsip bagi perkembangan readiness meliputi: 1) Semua aspek pertumbuhan berinteraksi dan bersama membentuk readiness. 2) Pengalaman seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu. 3) Pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam perkembangan fungsi-fungsi kepribadian individu, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah. 4) Apabila readiness untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk pada diri seseorang, maka saat-saat tertentu dalam kehidupan seseorang merupakan masa formatif bagiperkembangan pribadinya. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan belajar siswa. Di bawah ini di kemukakan faktor-faktor kesiapan belajar dari beberapa pendapat, yaitu sebagai berikut: Menurut Darsono faktor kesiapan meliputi: 1) Kondisi fisik yang tidak kondusif. Misalnya sakit, pasti akan mempengaruhi faktor-faktor lain yang dibutuhkan untuk belajar 2) Kondisi psikologis yang kurang baik. Misalnya gelisah, tertekan, dan sebagainya. merupakan kondisi awal yang tidak menguntungkan bagi kelancaran belajar. Sedangkan Menurut Slameto kondisi kesiapan mencakup 3 aspek, yaitu: 1) Kondisi fisik, mental dan emosional. 2) Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan. 3) Ketrampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari. Menurut Djamarah faktor-faktor kesiapan meliputi: 1) Kesiapan fisik. Misalnya tubuh tidak sakit (jauh dari gangguan lesu, mengantuk, dan sebagainya) 2) Kesiapan psikis. Misalnya ada hasrat untuk belajar, dapat berkonsentrasi, dan ada motivasi intrinsik. 3) Kesiapan Materiil. Misalnya ada bahan yang dipelajari atau dikerjakan berupa buku bacaan, catatan dll. Menurut Soemanto faktor yang membentuk readiness, meliputi: 1) Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologi; ini menyangkut pertumbuhan terhadap kelengkapan pribadi seperti tubuh pada umumnya, alat-alat indera, dan kapasitas intelektual. 2) Motivasi, yang menyangkut kebutuhan, minat serta tujuan-tujuan individu untuk mempertahankan serta mengembangkan diri. 18Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai dasar indicator kesiapan belajar adalah kesiapan dari segi fisik, kesiapan dari segi psikis dan kesiapan dari segi materil dan pengetahuan. Kesiapan dari segi fisik seperti jauh dari gangguan kelelahan, mengantuk, lesu dan lain-lain. Kesiapan dari segi psikis menyangkut kondisi mental dan emosional seperti konflik, gugup dan tegang, kepercayaan pada diri sendiri, penyesuaian diri dan konsentrasi. Kesiapan materil dan pengetahuan seperti kesiapan bahan pelajaran, penguasaan materi, membaca buku pelajaran atau berita dari media cetak maupun elektronik, kecepatan waktu dalam menjawab dan kelancaran menghafal. 5. Aspek-aspek Kesiapan Menurut Slameto mengemukakan aspek-aspek kesiapan adalah: 1) Kematangan (maturation) Kematangan adalah proses yang menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan. 2) Kecerdasan Di sini hanya dibahas perkembangan kecerdasan menurut J. Piaget yang menurutnya perkembangan kecerdasan adalah sebagai berikut: a) Sensori motor periode (0–2 tahun) WastyAnak banyak bereaksi reflek, reflek tersebut belum terkoordinasikan. Terjadi perkembangan perbuatan sensori motor dari yang sederhana ke yang relatif lebih kompleks. b) Preoperational period (2–7 tahun) Anak mulai mempelajari nama-nama dari obyek yang sama dengan apa yang dipelajari orang dewasa. c) Concrete operation (7–11 tahun) Anak mulai dapat berpikir lebih dulu akibat-akibat yang mungkin terjadi dari perbuatan yang akan dilakukannya, ia tidak lagi bertindak coba-coba salah (trial and error). d) Formal operation (lebih dari 11 tahun) Kecakapan anak tidak lagi terbatas pada obyek-obyek yang konkret serta Ia dapat memandang kemungkinan-kemungkinan yang ada melalui pemikirannya (dapat memikirkan kemungkinan-kemungkinan. Dapat mengorganisasikan situasi/masalah. Dapat berfikir dengan betul (dapat berpikir yang logis, mengerti hubungan sebab akibat, memecahkan masalah berpikir secara ilmiah ). . B. Tinjauan Lapangan Dari hasil Ovservasi yang kami lakukan di Sekolah Dasar Negeri 3 Gisting Atas. Kami menemukan kesulitan belajar yang dominan di hadapi oleh siswa yang disampaikan oleh: Bapak MUKTIONO ,Spd sebagai perwakilan wali kelas kelas 5-6 yang masing-masing kelas berjumlah, kelas IV : 32 orang, V : 19 orang, VI : 34 orang . antaralain sebagai berikut : 1. Kemampuan intlektual dibawah rata-rata atau daya tangkap yang kurang ketika seorang guru menjelaskan suatu pelajaran berulang kali akan tetapi siswa tetap tidak mennangkap apa yang di sampaikan oleh gurunya. Kemudian guru memberikan alternatif lain kepada siswa dengan cara mendatangi langsung siswa yang bersangkutan dan memberika bimbingan, arahan dan motifasi. 2. Nakal karna anak inggin mendapatkan perhatian dan sanjungan dari guru maka anak melakukan sesuatu perbuatan yang dapat memancing suatu perhatiang guru karna tidak di dapatka di dalam keluargannya sehingga di bawa pada saat dia di sekolah. 3. Kemudian ada anak yang memiliki kemampuan IQ di bawah rata-rata yang memang seharus nya di sekolahkan di tempat khusus seperti SLB akan tetapi karna kendala letak Rumah denga sekolah yang jarak tempuh nya sangat jauh maka anak itu tetap sekolah seperti layaknya teman teman sebayanya. Dengan cara pembelajaran yang setaiap harinya siswa dipangil oleh guru untuk kedepan kelas untuk belajar membaca yang satu parangraf bacaan di ulang sebanyak sepuluh kali, maka anak itu tetap di naik kelas kan dengan persaratan harus dua tahun di dalam satu kelas untuk naik kelas berikut nya. 4. Yang berperan sebagai guru Bk di Sekolah Dasar Negeri 3 Gisting Atas yaitu guru Olahraga yang tidak memiliki pengetahuan tentang BK itu sendiri. 5. Penyeleksian untuk menentukan penjurusan terhadap anak dilakukan di saat anak kelas 3 di mana pada kelas tiga siswa dituntut sudah lancer dalang membaca dan menulis, untuk siswa yang masih blum lancer membaca dan menulis maka akan di berikan bimbinga selama 3 bulan, cara ini sudah diterapkan sejak lama oleh guru. 6. Langkah yang di ambil oleh Guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar yaitu dengan menciptakan suasana kelas yang kondusif dan membrika suatu metode pembelajaran denga menggunakan berbagai media yang dapat menarik perhatian stiap individu sehingga peserta didik didalam mengikuti suatu pembelajaran tidak merasa bosan dan jenuh. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembehasan di atas dapat disimpulkan bahwa, kesulitan belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yang harus dipahami oleh peserta didik itu sendiri, orang tua, dan guru. Banyak peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, tetapi mereka tidak mengetahui yang mereka alami. Peran orang tua sangatlah penting untuk selulu mengawasi cara belajar anak. Orang tua harus mampu memberikan motivasi kepada anak, sehingga anak memiliki kesadaran untuk belajar tanpa harus ada paksaan. Penghargaan ketika anak mencapai prestasi merupakan suatu hal yang penting, karena mereka juga ingin usahanya dihargai dan diperhatikan. Sebaliknya apabila anak mengalami prestasi yang kurang, orang tua dilarang untuk mengucapkan hal-hal kasar yang dapat membuat semangat anak untuk belajar menurun bahkan anak tersebut malas untuk belajar lagi. Selain orang tua yang memiliki peranan yang sangat penting didalam prrestasi belajar anak adalah guru. Guru sangat berperan penuh didalam keberhasilan anak didiknya. Selain hal tersebut faktor linkungan juga berpengaruh terhadap kesuksesan belajar anak. Kesulitan dalam pembelajaran atau belajar merupakan suatu hal yang sering ditemui oleh para pendidik, terutama guru. Sebagai upaya untuk memberikan terapi terhadap permasalan kesulitan belajar maka dapat ditempuh melalui berbagai media penanganan yang khusus intensif serta terpadu antara pendidik, siswa dan orang tua dirumah. Karena walau bagaimanapun juga sebagaian waktu anak lebih banyak dihabiskan di rumah dari pada di sekolah di bawah pengawasan orang tua. Dalam hal ini pendidik yakni guru di sekolah dan orang tua di rumah dituntut untuk benar-benar mengerti akan tipe atau jenis masalah yang dihadapi oleh siswa/anak. Dengan memahami jenis masalah, diharapkan pendidik mampu memberikan solusi penanggulangan sesuai dengan masalah yang bersangkutan. B. SARAN Guru seharusnya bekerjasama dengan orang tua guna meningkatkan prestasi belajar anak. Setiap anak memiliki kesulitan-kesulitan belajar yang berbeda-beda, hal inilah yang sulit dilakukan oleh guru didalam mengedintivikasi kesulitan beljar anak, dengan adanya kerjasama dengan orang tua diharap kan mampu mengenalai dan membeerikan solusi kepada kesulitan belajar kepada peserta didik. Selain itu diperlukan juga motivasi untuk belajar dari guru maupun dari maupun orang tua. Dalam hal ini lingkungan juga berpengaruh, maka sebaiknya anak dibiasakan dengan lingkungan yang disiplin khususnya didalam proses belajar. Dengan pembiasaan-pembiasaan yang seperti itulah diharapkan anak dapat meningkatkan dan sadar akan kepentingan belajar. Anak yang memiliki kesadaran untuk belajar kemungkinan besar tidak akn ada hambatan mengenai proses belajarnya. Belajar tanpa paksaan itu lebih baik bagi proses belajar anak. DAFTAR PUSTAKA Ali, Achmad. 1984/985. Petunjuk Penyelenggaraan SLB. Jakarta: PT Bina Flora Utama. Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Gredler, Margaret E.Bell. 1991. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: CV Rajawali. Holsten, Herman. 1986. Ilmu Pendidikan Teoristis dan Praktis. Bandung: Remadja Karya CV. LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar