Sabtu, 14 Mei 2016

DETERMINAN SIKAP

BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya, istilah sikap digunakan secara umum untuk menunjuk status mental seseorang. Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari individu yang selalu diarahkan terhadap suatu hal atau objek tertentu dan bersifat tertutup. Oleh sebab itu, manifestasi sikap tidak dapat langsung di lihat, namun hanya dapat di tafsirkan dari tingkah laku yang tertutup tersebut. Di samping sikap yang bersifat tertutup, sikap juga bersifat sosial, dalam arti kita sebagai manusia  hendaknya dapat beradaptasi dengan orang lain ataupun lingkungan sosial disekitar kita. Kesadaran individu untuk menentukan tingkah laku nyata dan tingkah laku yang mungkin terjadi itulah yang di namakan sikap.

Secara nyata, sikap menunjukkan adanya kesesuaian antar reaksi dan stimulus tertentu dalam kehidupan sehari – hari yang merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap masih merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, bukan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, namun merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut.

Seperti dikatakan Siti Partini, sikap adalah kesiapan merespons yang sifatnya positif atau negatif terhadap suatu objek atau situasi secara konsisten (Siti Partini, 1984, hlm.76). Konselor perlu memahami tentang konsep sikap, karena sikap sangat mempengaruhi perilaku individu (klien), atau dapat dikatakan bahwa setiap perilaku yang ditampakkan individu merupakan perwujudan dari sikapnya. Untuk itu untuk mengubah perilaku individu terlebih dahulu harus mengubah sikapnya. Dalam hal ini konselor perlu menyadari bahwa perubahan sikap  dari negatif menjadi positif adalah salah satu dari tujuan bimbingan dan konseling.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, untuk memudahkan dalam penyusunan makalah ini, penulis menyusun beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana tingkatan dan determinan sikap ?
2.      Bagaimanakah  konseling  dan perubahan sikap ?


C.      Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah layanan konseling diperluas
2.      Untuk mengetahui tingkatan dan determinan sikap
3.      Untuk mengetahui konseling dan perubahan sikap













BAB II
PEMBAHASAN


A.      DETERMINAN  SIKAP
1.      Tingkatan sikap
Ø  Menerima
Individu ingin dan memperhatikan rangsangan (stimulus) yang diberikan objek. Misalnya, sikap seorang ibu terhadap KB, dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian ibu tersebut untuk menghadiri penyuluhan tentang KB.

Ø  Merespon
Individu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Misalnya ibu hamil yang dianjurkan memeriksa kehamilannya minimal empat kali selama kehamilannya dan melaksanakannya.

Ø  Menghargai
individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan  suatu  masalah. Misalnya seorang ibu mengajak orang lain untuk pergi menimbang putranya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang manfaat imunisasi.

Ø  Bertanggung jawab
Individu akan bertanggung jawab dan siap menanggung segala resiko atas segala sesuatu yang telah dipilihnya. Misalnya, seorang ibu yakin bahwa KB sangat bermanfaat terhadap kesehatannya sehingga ia tetap menjadi aseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari orang lain.


2.    Determinan sikap
Walgito (2001) mengungkapkan empat hal penting yang menjadi determinan (faktor penentu) sikap individu.
1.      Faktor Fisiologis
Faktor  yang menentukan sikap individu adalah umur dan kesehatan. Misalnya, orang muda umumnya bersikap kurang perhitungan dengan akal, sedangkan orang tua bersikap dengan penuh kehati-hatian dan orang sakit memiliki sikap yang lebih sensitive dibandingkan dengan yang tidak.

2.      Faktor Pengalaman Langsung Terhadap Objek Sikap
Sikap seseorang terhadap objek sikap akan dipengaruhi oleh pengalaman langsung orang yang bersangkutan dengan objek sikap tersebut. Misalnya, pasien yang pernah dirawat sangat baik oleh perawat akan menaruh sikap positif terhadap perawat tersebut.

3.      Faktor Kerangka Acuan
Kerangka acuan yang tidak sesuai dengan objek sikap, akan menimbulkan sikap yang negatif terhadap objek sikap tersebut. Misalnya sikap individu terhadap hubungan sebelum nikah. Seorang individu yakin bahwa hubungan seksual sebelum nikah tidak sesuai dengan norma masyarakat dan agama, oleh karena itu individu tersebut tidak akan melakukan hal tersebut sebelum melaksanakan pernikahan.

4.      Faktor Komunikasi Sosial
Informasi yang diterima individu akan dapat menyebabkan perubahan sikap pada diri individu tersebut. Misalnya, masyarakat mendengar informasi dari TV bahwa mulai bulan depan harga BBM turun sehingga sikap masyarakat terhadap pemerintah bersifat positive.

B.   Konseling dan Perubahan Sikap 
1.      Teori Keseimbangan
Pada teori ini fokusnya terletak pada upaya individu untuk tetap konsisten dalam bersikap dalam hidup yang melibatkan hubungan- hubungan antara seseorang dengan dua objek sikap dan dalam bentuk sederhana, ketiga elemen tersebut dihubungkan dengan :
a.    Sikap Favorable (baik, suka, positif).
b.    Sikap Unfavorable (buruk, tidak suka, negatif).

2.    Teori Atribusi
Pada teori ini fokusnya terletak pada bagaimana individu mengetahui akan sikapnya dengan mengambil kesimpulan sendiri dan persepsinya tentang situasi. Pada teori ini implikasinya adalah perubahan perilaku yang dilakukan seseorang menimbulkan kesimpulan pada orang tersebut bahwa sikapnya telah berubah.

3. Teori Kognitif
Apabila seseorang harus memilih perilaku mana yang mesti dilakukan, maka pada umumnya yang bersangkutan akan memilih alternatif perilaku yang akan membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi yang bersangkutan.

4. Teori Dorongan
Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongan-dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku.

5.  Teori Insentif
Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu disebabkan karena adanya insentif. Dengan insentif akan mendorong organisme tersebut berbuat atau berperilaku.



Dari lima teori konseling, dikembangkan model pendekatan untuk konseling.
1.    Konseling Berpusat Klien
Digunakan untuk menangani konseli yang menentukan pilihan-pilihan yang terkait dengan kehidupannya sehari-hari, tetapi tidak terkait dengan karir/jabatan tertentu, misalnya pilihan untuk tinggal di kost, pilihan agama, pilihan untuk tinggal dengan ayah tiri/ayah kandung, dan sebagainya. Selanjutnya, dalam proses konseling, pendekatan ini dapat disebut wawancara pengambilan keputusan (Decision Making Interview [DMI]).
2.    Konseling Sifat dan Faktor
Digunakan untuk menangani masalah konseli terkait dengan pilihan-pilihan hidup yang berhubungan dengan karir/jabatan, misalnya kebingungan dalam memilih perguruan tinggi, SMA, jurusan, dan sebagainya. Konselor menjelaskan sumber masalah yang dialami konseli. Konselor mengajak konseli untuk membuat perbandingan dengan melihat keuntungan dan kerugian dengan beberapa pilihan yang menjadi kesulitannya. Memberikan pertanyaan-pertanyaan pembanding dengan kata mungkinkah, inginkah, dan bisakah. Selanjutnya, konselor mengarahkan konseli agar bisa memutuskan pilihannya.

3.    Konseling Behavioristik
Digunakan untuk membantu masalah konseli yang terkait dengan perilaku-perilaku maladaptif, misalnya takut pada cicak, ketinggian, kolam renang, kepemimpinan, dan sebagainya.

4.    Konseling Emotif Rasional
Dapat digunakan untuk membantu konseli yang berpandangan irrasional (irrational belief), misalnya berpikir gurunya adalah momok dalam hidup, ayahnya adalah virus dalam hidup, ia adalah anak yang tidak berguna, dan sebagainya. Jadi, konselor menjelaskan sumber masalah yang dialami konseli. Konselor memberikan pandangan-pandangan yang akan mengubah pikiran irasional konseli. Untuk mengubah pandangan tersebut, konselor menentang pikiran irasional (dispute) konseli dengan pertanyaan-pertanyaan. Dengan demikian, konseli diharapkan akan mengubah pandangan irasionalnya (efek).

5.    Ekletik
Digunakan untuk membantu konseli yang kurang bisa menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan sekitar, misalnya tidak betah tinggal di rumah, tidak kerasan tinggal di kelas baru, kurang nyaman dengan rumah baru, dan sebagainya. Selanjutnya pendekatan ini disebut konseling penyesuaian diri (self-adjustment counseling). Pemilihan teknik konseling yang digunakan oleh konselor dalam proses konseling yang akan dipengaruhi oleh keyakinan dan gaya kepribadian yang paling cocok dengan pendekatan atau teknik tertentu. Pendekatan ekletik ini menggunakan teori belajar, teori pengembangan karier, sosiologi, ekonomi, dan teori membuat keputusan, tugas-tugas perkembangan untuk mencapai tujuan.

Mengingat keunikan, keragaman dan kompleksitas masalah yang dihadapi setiap konseli, maka dalam praktiknya upaya pemecahan masalah konseli seringkali tidak bisa diselesaikan melalui satu pendekatan tertentu secara eksklusif. Oleh karena itu, konselor dapat memilih dan mengkombinasikan berbagai pendekatan yang ada untuk diterapkan dalam membantu menyelesaikan masalah konseli. Pendekatan konseling semacam ini dikenal dengan sebutan konseling ekletik.

Pendekatan konseling ekletik berarti konseling yang didasarkan pada berbagai konsep dan tidak berorientasi pada satu teori secara eksklusif. Ekletikisme berpandangan bahwa sebuah teori memiliki keterbatasan konsep, prosedur dan teknik. Karena itu ekletikisme “dengan sengaja” mempelajari berbagai teori dan menerapkannya sesuai dengan keadaan diri klien.




BAB III
PENUTUP

A.      Simpulan
Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi. Ada beberapa faktor penentu yang dapat menyebabkan munculnya sikap tertentu pada individu yaitu : faktor fisiologis, faktor  pengalaman langsung terhadap objek sikap, faktor kerangka acuan dan faktor komunikasi sosial.
Adapun teori konseling yang berkaitan dengan perubahan sikap konseli ialah
teori keseimbangan, teori atribusi, teori  insentif ,teori kognitif dan teori dorongan.

B.       Saran
Makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari para pembaca sekalian demi tercapainya kesempurnaan dari makalah kami ini kedepannya.











DAFTAR  PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar