PENGARUH GAYA
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KENERJA GURU PNS
TAHUN AJARAN
2015/2016
Oleh
YULIZA
14 020 010
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH PRINSEWU LAMPUNG (STKIP –MPL)
2015
KATA PENGANTAR
Puji sukur khadirat Allah SWT karena
berkat rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat meyelesaikan skripsi ini, namun penulis
meyadari dalam penulisan skripsi masih banyak kekurangan baik isi maupun
bentuknya. Untuk itu kritik dan saran yang bersifatnya membangun sangat penulis
harapkan guna perbaikan penulisan dimasa datang. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syrat untuk memenuhi tugas Ahir Semester Prongram Setudi Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan jurusan ilmu pendidikan STKIP Muhammadiyah Pringsewu
Lampung.
Penulis dalam meyelesaikan Skripsi ini
banyak di bantu oleh berbagai pihak, terutama dosen mata kulia oleh karna itu
penulis sampaikan terima kasih kepada :
1.
Nita Fitria, S.Pd.,M.Pd.
2.
Rekan-rekan mahasiswa
Semoga semua amal baik Bapak, Ibu dan
Saudara dibalas Allah SWT dengan pahala yang setimpal. Penulis berharap
mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi
pembaca umumnya.
Peringsewu, 2015
Peyusun,
YULIZA
NPM. 14 020 010
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Dalam
perkembangan ilmu, teryata tidak lagi terbatas pada dunia bisnis saja tetapi
berkembang juga dalam implementasinya dalam organisasi pendidikan, organisasi
pemerintah, organisasi proyek-proyek, organisasi bidang hukum ataupun
organisasi lainnya, maka masalah kepemimpinan pun tak akan terlepas, serta akan
mengikuti perkembangannya.
Pemimpin pada hakikatnya adalah
seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di
dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin
memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan
dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin
harus memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam
melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian kepemimpinan
mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan
anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga
dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat
memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengnaruhi
bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan
sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya
tejadi suatu hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapakan
memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya, karena apabila tidak
memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan
dapat tercapai secara maksimal.
Kepala sekolah sebagai pemimpin
lembaga pendidikan harus memiliki kemampuan manajemen dan gaya kepemimpinan baik,
agar semua guru merasakan kekeluargaan yang yaman didalam melak sanakan
semua tugas yang di embanya . Beberapa kesuksesan
kepemimpinan kepala sekolah dipengaruhi oleh beberapa factor, oleh sebab itu
suatu tujuan akan tercapai apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau
interaksi yang baik antara atasan dengan bawahan, di samping dipengaruhi oleh
latar belakang yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi diri untuk berprestasi,
kedewasaan dan keleluasaan dalam hubungan social dengan sikap-sikap hubungan
manusiawi.
Berdasarkan peranan kepemimpinan
kepala sekolah tersebut, jelaslah bahwa dalam suatu kepemimpinan, Kepala
sekolah harus memiliki peranan-peranan yang dimaksud, di samping itu juga bahwa
kepala sekolah sebagai pemimpin memiliki tugas yang embannya, sebagaimana
menurut M. Ngalim Purwanto, sebagai berikut.
1.
Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompoknya, dalam artian
kebutuhan sekolah dalam bentuk fisik bangunan maupun non fisik (kwalitas input
dan output), serta kebutuhan Guru dan seluruh proses pembelajarannya, serta
yang sangat penting adalah kebutuhan peserta didik dalam proses pembelajarannya
yang di kaitkan dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.
2. Dari
keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang bener-bener
dapat di capai.
3. Meyakinkan
seluruh komponen sekolah mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka mana
yang realistis dan mana yang sebenar-benar nya merupakan khaya-lan.
Kepemimpinan kepala sekolah tersebut
akan berhasil dengan baik apabila seorang kepala sekolah memahami akan tugas yang
harus dilaksanakan. Oleh sebab itu kepala sekolah akan tampak dalam proses di
mana dia mampu mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai
pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain. Untuk
keberhasilan dalam pencapaian tujuan sekolah diperlukan kepemimpinan kepala
sekolah yang profesional, di mana ia memahami akan tugas dan kewajibannya
sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang
pemimpin.
Di samping itu kepala sekolah harus
menjalin hubungan kerjasama yang baik dan menujukan gaya kepemimpinan yang baik
kepada bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa
aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam mengembangkan gagasannya
dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu, kepala sekolah
diharapkan harus dapat mempertahankan dan
meningkatkan lagi kondisi tersebut. Karana terbukti gaya kepemimpinan
memiliki pengaruh positif terhadap kenerja. Cara-cara yang telah diterapkan
kepala sekolah selama ini (seperti selalu memotivasi guru senantiasa lebih
berprestasi, lebih maju, pemberian kepercayaan dan pengakuan guru serta
memperhatikan kondisi keamanan pekerjaan, gaji yang diterima setiap bulan dan
kepala sekolah yang bersikap baik dan adil) harus dipertahankan dan
ditingkatkan lagi, gaya kepemimpinan kepala sekolah yang sesuai dengan
anggotanya, sehingga diharapkan jika gaya kepemimpinan kepala sekolah sudah
tepat akan mengarah pada kerjasama yang lebih baik dan dapat mewujutkan tujuan
sekolah. Maka motivasi akan timbul dalam diri guru apabila ada perhatian,
kesesuaian, kepercayaan dan kepuasan yang di berikan kepala sekolah, serta
komonikasi yang lancar antara guru dan kepala sekolah dan guru dengan guru,
akan dapat meningkatkan kenerja.
Berdasarkan uraian diatas maka
penulis telah mengadakan penelitian daengan judul, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kenerja Guru PNS”
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA PIKIR
A. Kajian Tentang Kinerja Guru
1. Pengertian Kinerja Guru
Kinerja
menurut Drucker (Sukarno
Andhy Yahya, 2013:
9) adalah tingkat prestasi
atau hasil nyata
yang dicapai dipergunakan
untuk memperoleh suatu hasil
positif. Menurut Whitmore
(Hamzah B. Uno
dan Nina Lamatenggo, 2012: 59)
mengemukakan kinerja adalah “pelaksanaan fungsifungsi yang
dituntut dari seseorang”.
Kinerja merupakan hasil
kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas
kecakapan, pengalaman, kesungguhan
dan waktu (Hasibuan, 1997 : 82). Lebih lanjut, Hasibuan menggungkapkan bahwa
kinerja merupakan gabungan tiga faktor
penting yaitu kemampuan
dan minat seorang
pekerja, kemampuan serta penerimaan
atas penjelasan delegasi
tugas dan peran
serta pekerja.
Mangkunegara (2001
: 32) mengemukakan
kinerja dapat didefinisikan sebagai hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dapat
dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Sedangkan menurut Mc
Daniel (Hamzah B.
Uno dan Nina Lamatenggo,
2012: 62) berpendapat
bahwa kinerja adalah
“interaksi antara kemampuan seseorang dengan
motivasinya”.Berdasarkan definisi kinerja
yang dikemukakan oleh
beberapa ahli di atas,
dapat disimpulkan bahwa
kinerja adalah hasil
kerja atau prestasi
yang dicapai oleh seseorang,
yang dinilai berdasarkan
kualitas dan kuantitasnya, sesuai dengan
tugas dan tanggung
jawab yang dibebankan
kepadanya dalam rangka mencapai
tujuan bersama. Dengan demikian, kinerja guru berarti adalah hasil
yang dicapai oleh
guru dalam melaksanakan
tugas-tugas dalam
pembelajaran yang dibebankan
kepadanya yang dilihat
melalui kegiatan perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan penilaian pembelajaran, dan
tindak lanjut hasil penilaian.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja guru pada dasarnya merupakan
kinerja atau unjuk kerja yang dilakukan
oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik. Kualitas
seorang guru akan
sangat menentukan hasil
dari pendidikan, karena guru
merupakan pihak yang
berhubungan langsung dengan
peserta didik dalam proses pendidikan atau pembelajaran di lembaga pendidikan
sekolah. Banyak faktor yang
mempengaruhi kinerja dari
seseorang, menurut Sumarno (2009:
14) menyebutkan ada 3 faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu:
a. Kemampuan, kepribadian
dan minat kerja.
Kemampuan merupakan kecakapan seseorang,
seperti kecerdasan dan
ketrampilan. Kemampuan pekerja
dapat mempengaruhi kinerja dalam berbagai cara. Misalnya dalam cara pengambilan
keputusan, cara menginterprestasikan tugas
dan cara penyelesaian tugas.
Kepribadian adalah serangkaian
ciri yang relatif mantap yang
dipengaruhi oleh keturunan
dan factor sosial,
kebudayaan dan lingkungan. Sedangkan minat merupakan suatu valensi atau
sikap.
b. Kejelasan dan
penerimaan atas penjelasan
peran seorang pekerja,
yang merupakan taraf pengertian
dan penerimaan seorang
individu atas tugas yang
dibebankan kepadanya. Makin
jelas pengertian pekerja
mengenai persyaratan dan sasaran
pekerjaannya, maka makin
banyak energi yang dapat dikerahkan untuk kegiatan kearah
tujuan.
c. Tingkat motivasi
pekerja. Motivasi adalah
daya energi yang
mendorong, mengarahkan dan mempertahankan perilaku.
Sehingga kinerja seseorang dapat lebih
meningkat dengan adanya
dorongan dari dalam
dirinya yang dimiliki oleh
seseorang tersebut sebagai modal dalam melaksanakan suatu
pekerjaan.Kemudian menurut keputusan
bersama Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun
2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan angka
kreditnya sertaperaturan bersama
Menteri Pendidikan Nasional
dan Kepala Badan Kepegawaian Negara,
Nomor 14 Tahun
2010 dan Nomor
03/V/PB/2010 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Guru dan
angka kreditnya.adalah sebagai berikut:
1)
Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah.
2) Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan
guru dalam menyusun rencana pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran yang
bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil
pembelajaran, menyusun dan
melaksanakan program perbaikan
dan pengayaan terhadap peserta didik.
3) Kegiatan bimbingan
adalah kegiatan guru
dalam menyusun rencanabimbingan, melaksanakan
bimbingan, mengevaluasi proses
dan hasilbimbingan, serta
melakukan perbaikan tindak
lanjut bimbingan denganmemanfaatkan hasil evaluasi.
3.
Manajemen Kinerja Guru dalam Sistem Organisasi SekolahMenurut Robbins
(Daman hermawan dan
Cepi Triatna, 2011:
69) menekankan bahwa organisasi
merupakan suatu sistem
sosial yang perlu dikoordinasi dalam arti perlu manajemen.
Menurut Surya Dharma (2011: 25) manajemen
kinerja adalah suatu
cara untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik
bagi organisasi, kelompok
dan individu dengan
memahami dan mengelola
kinerja sesuai dengan target yang telah
direncanakan, standar dan persyaratan kompetensi yang telah
ditentukan.Jadi manajemen kinerja
guru dalam sistem
organisasi sekolah merupakan usaha
sistematis untuk mengelola
kinerja guru dengan
tujuan untuk meningkatkan kinerjanya baik secara individu maupun
kelompok dan guna meningkatkan kinerja organisasi sekolah secara keseluruhan.
Selain itu, manajemen kinerja guru
dalam sekolah sangat
mengutamakan sistem
komunikasi terbuka dalam
relasi kemitraan antara
kepala sekolah sebagai pimpinan dan
para guru sebagai
staff pendidik di
sekolah. Dimana komunikasi
tersebut dilaksanakan melalui kepemimpinan untuk menetapkan tujuan dari
pendidikan, rencana kerja,
memberi umpan balik,
penilaian kinerja serta pengembangan sekolah.
4.
Indikator Kinerja Guru
Berdasarkan uraian
di atas yang
dimaksud dengan kinerja
guru dalam penelitian
ini adalah hasil yang dicapai
oleh guru dalam melaksanakan tugastugas dalam pembelajaran yang dibebankan
kepadanya. Hal ini tercermin pada kemampuan
guru sehubungan dengan
tugasnya dalam proses
belajar dengan indikator sebagai
berikut:
a. Kegiatan perencanaan pembelajaran.
b. Pelaksanaan pembelajaran.
c. Pelaksanaan penilaian pembelajaran.
d. Tindak lanjut hasil penilaian.
B. Tinjauan Tentang Gaya Kepemimpinan Kepala
Sekolah
1. Pengertian Gaya Kepemimpinan Kepala
SekolahUntuk menjelaskan apa
arti kepemimpinan itu
akan dikemukakan terlebih dahulu
dari sudut mana
seseorang memandang atau
memahami hakikat kepemimpinan itu, dan selanjutnya berdasarkan pemahaman
tersebut akan terlihat bagaimana
dia membuat perumusan
atau mendefinisikannya.
Pengertian kepemimpinan banyak
dikemukakan oleh para ahli menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut
menunjukkan adanya beberapa kesamaan.
Menurut Sudarwan Danim
(2008: 204) mendefinisikan kepemimpinan adalah
segala tindakan yang
dilakukan seseorang baik individu
maupun kelompok untuk
melakukan koordinasi dan
melakukan pengarahan kepada individu atau kelompok lain untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut
Wiles (Burhanudin, 1994:
62) “kepemimpinan merupakan segenap bentuk bantuan yang dapat
diberikan oleh seseorang bagi penetapan dan
pencapaian tujuan kelompok”.
Sedangkan menurut Siagian
(Edy Sutrisno, 2011: 213-214)
mengatakan kepemimpian adalah
kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain, dimana bawahan akan
melakukan apa yang menjadi
kehendak pemimpin walaupun
secara pribadi bawahan tersebut tidak
menyukainya. Selain itu
menurut J. Canon
(Syaiful Sagala, 2009: 115)
mengatakan kepemimpinan adalah
“kemampuan atasan
mempengaruhi perilaku bawahan
maupun perilaku kelompok
dalam organisasi”. Menurut
(Ngalim Purwanto, 2005:
26) Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang
dalam mempengaruhi orang
lain agar orang
yang dipengaruhinya mau dan
dapat melaksanakan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya dengan
rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.
Sedangkan Menurut Armstrong
(A.L Hartani, 2011:
28) kepemimpinan adalah “proses
memberi inspirasi kepada
semua karyawan agar bekerja sebaik-baiknya
untuk mencapai hasil yang diharapkan”.Selanjutnya Ordway
Tead (Kartini Kartono,
2005: 57) mengungkapkan
kepemimpinan adalah “kegiatan mempengaruhi orang-orang agar orang yang
dipimpinnya mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan”. Sedangkan
Menurut (Wahyudi, 2009: 120) kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan
seseorang dalam menggerakkan, mengarahkan, sekaligus mempengaruhi
pola pikir, cara
kerja setiap anggota
agar bersikap mandiri dalam
bekerja untuk kepentingan percepatan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan definisi
diatas dapat disimpulkan
bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan
seseorang dalam mempengaruhi
orang lain, baik individu
atau kelompok. Serta
kemampuan untuk mengarahkan tingkah laku individu atau
kelompok untuk memiliki
kemampuan atau keahlian
khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, sehingga bawahan
dengan senang hati mau melaksanakan tugas yang diberikan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan.Gaya
kepemimpinan, mengandung pengertian
sebagai suatu perwujudan tingkah
laku dari seorang
pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam
memimpin bawahannya. Perwujudan
tersebut biasanya membentuk suatu
pola atau bentuk
tertentu.
Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat dari beberapa ahli
diantaranya menurut (Nurkolis, 2006: 167) gaya kepemimpinan adalah “pola
tingkah laku yang
lebih disukai oleh
seorang pimpinan dalam
proses mengarahkan dan mempengaruhi para pekerja”. Sedangkan
Menurut (Miftah Thoha, 2010: 49)
gaya kepemimpinan merupakan
“norma perilaku yang digunakan oleh seorang pada saat orang
tersebut mempengaruhi orang lain”. Selain
itu menurut (Veithzal
Rivai, 2002: 64)
gaya kepemimpinan adalah “pola
menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun tidak tampak
oleh bawahannya”. Sedangkan menurut Agus Dharma (Hadari Nawawi,
2006: 115) mendefinisikan bahwa
gaya kepemimpinan adalah “pola
tingkah laku yang ditunjukkan seseorang pada saat ia mencoba mempengaruhi orang
lain”. Sedangkan menurut
pendapat Hadari Nawawi (2006:
115) gaya kepemimpinan
diartikan sebagai perilaku
atau cara yang dipilih
dan dipergunakan pemimpin
dalam mempengaruhi pikiran,
prasaan, sikap dan prilaku para anggota organisasi/bawahannya.
Mengacu
dari beberapa pendapat
di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa gaya
kepemimpinan adalah suatu
pola perilaku seorang
pemimpin yang secara konsisten
saat mempengaruhi bawahannya
supaya mau mengerjakan tugasnya
dengan senang hati untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan
bersama. Berdasarkan simpulan
tersebut, maka gaya kepemimpinan kepala sekolah dapat
diartikan sebagai persepsi para guru dan seluruh karyawan
suatu sekolah terhadap
pola prilaku atau
bentuk dari tata cara seorang kepala sekolah dalam
mempengaruhi para bawahannya supaya mau mengerjakan
tugasnya dengan senang
hati untuk mencapai
tujuan dari sekolah tersebut.
2. Gaya Dasar Kepemimpinan
Menurut
Ralph White dan Ronald Lippitt (Winardi, 2000: 79) ada tigamacam gaya
kepemimpinan. Ketiga gaya
kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut.
a.
Kepemimpinan otoriter, gaya
kepemimpinan ini biasanya
semua determinasi “policy” dilakukan
oleh pemimpin. Teknik-teknik
serta langkah-langkah
aktivitas ditentukan oleh
pejabat satu persatu,
sehingga langkah-langkah
yang akan datang
tidak pasti. Pemimpin
biasanya mendikte tugas pekerjaan
khusus dan teman
sekerja setiap anggota. Kemudian pemimpin
cenderung bersifat pribadi
dalam pujian dan
kritik pekerjaan setiap anggotanya.
b. Kepemimpinan demokrasi,
gaya kepemimpinan ini
biasanya keputusan kelompok dilakukan
bersama dan dibantu
oleh pemimpin. Perspektif aktivitas dicapai
selama diskusi berlangsung,
dan apabila dibutuhkan nasihat teknis
maka pemimpin menyarankan
dua atau lebih
banyak prosedur-prosedur
alternatif, yang dapat
dipilih. Pemimpin memberikan kebebasan kepada para anggota
untuk bekerja pada siapa saja yang mereka kehendaki dan
pembagian tugas terserah
kepada anggota kelompok. Kemudian pemimpin
bersifat objektif dalam
pujian dan kritik
setiap anggotanya.
c. Kepemimpinan Laissez-Faire, gaya
kepemimpinan ini biasanya kebebasan lengkap
untuk keputusan kelompok
atau individual dengan
sedikit partisipasi pemimpin. Pemimpin tidak ikut dalam diskusi
kelompok, tetapi pemimpin
menyediakan bahan-bahan yang
dibutuhkan oleh anggotanya. Pemimpin tidak berpartisipasi
sama sekali. Kemudian komentar dilakukan secara sepontan dan pemimpin tidak berusaha sama sekali untuk
menilai dan mengatur kejadian-kejadian tersebut.
3. Syarat Menjadi Kepala Sekolah
Kepala Sekolah merupakan
pimpinan tertinggi di
sekolah. Dimana
kepemimpinananya akan mempengaruhi
dan bahkan sangat
menentukan kemajuan sekolah. Oleh karena itu dalam pendidikan modern
kepemimpinan kepala sekolah merupakan
jabatan strategis dalam
mencapai tujuan pendidikan. Menurut
Koontz (Wahjosumidjo,2002: 104)
kepemimpinan merupakan satu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan,
oleh karena itu kemampuan seorang pemimpin
yang efektif merupakan
kunci sebagai pemimpin yang
efektif.Sehingga tidak sembarang
orang dapat menjadi
kepala sekolah. Karena untuk
menjadi seorang kepala sekolah harus memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti
ijazah yang digunakan
sebagai syarat formal,
kemudian pengalaman mengajar dan usia maksimal. Kepala sekolah
bertanggung jawab atas
penyelenggaraan kegiatan pendidikan,
administrasi sekolah, pembinaan tenaga pendidikan
dan pendayagunaan serta
pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan.
Kualifikasi
sebagai seorang kepala Sekolah Dasar atau Madrasah yang diangkat sebagai
kepala sekolah terdiri
dari dua kualifikasi,
Menurut peraturan menteri pendidikan nasional nomor 13 tahun 2007
tanggal 17 april 2007 kedua kualifikasi itu adalah kualifikasi umum dan
kualifikasi khusus.
a. Kualifikasi umum Kepala Sekolah
Dasar/Madrasah yaitu:
1)
Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV)
kependidikan atau nonkependidikan pada
perguruan tinggi yang terakreditasi,
2)
Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56
tahun,
3)
Memiliki pengalaman mengajar
sekurang-kurangnya 5 (lima)
tahun menurut jenjang sekolah
masing-masing, kecuali di
Taman Kanakkanak /Raudhatul
Athfal (TK/RA) memiliki
pengalaman mengajar
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA, dan
4)
Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c
bagi pegawai negeri
sipil (PNS) dan bagi
non-PNS disetarakan dengan
kepangkatan yang dikeluarkan oleh
yayasan atau lembaga yang berwenang.
b.
Kualifikasi khusus Kepala Sekolah Dasar/Madrasah yaitu:
1) Berstatus sebagai guru SD/MI,
2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru
SD/MI, dan
3) Memiliki sertifikat
kepala SD/MI yang diterbitkan oleh
lembaga yang ditetapkan Pemerintah.
4. Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah
Seorang kepala
sekolah tidak hanya
bertugas sebagai pemimpin tertinggi yang berada di sekolah,
tetapi kepala sekolah dapat menjadi
panutan bagi guru, pegawai
serta warga sekolah.
Fungsi dan peran
kepala sekolah dalam menciptakan
suatu keberhasilan haruslah
dimulai dari perencanaan atau proses pendidikan dan
pembelajaran di sekolah terlebih dahulu.
Sebagai seorang pemimpin kepala sekolah harus dapat menciptakan
perubahan secara efektif dalam penampilan
kelompok. Seorang pemimpin
harus dapat menggerakkan orang
lain sehingga secara
suka orang lain
tersebut mau melakukan apa yang
dikehendaki seorang pemimpin. Oleh
karena itu kepalasekolah harus mengetahui fungsi dari
kepemimpinannya.Menurut Soewadji Lazaruth
(1994: 20) menjelaskan
3 fungsi kepala sekolah, yaitu
sebagai administrator pendidikan,
supervisor pendidikan, dan pemimpin
pendidikan. Kepala sekolah
berfungsi sebagai administrator pendidikan berarti
untuk meningkatkan mutu
sekolahnya, seorang kepala sekolah dapat
emperbaiki dan mengembangkan
fasilitas sekolahnya
misalnya gedung, perlengkapan
atau peralatan dan
lain-lain yang tercakup dalam bidang administrasi
pendidikan.
Kepala
sekolah berfungsi sebagai supervisor pendidikan berarti usaha peningkatan mutu
dapat pula dilakukan dengan cara peningkatan mutu guruguru dan seluruh staf
sekolah, misalnya melalui rapat-rapat, observasi kelas, perpustakaan dan
lain sebagainya. Kemudian
apabila kepala sekolah berfungsi sebagai
pemimpin pendidikan berarti
peningkatan mutu akan berjalan
dengan baik apabila
guru bersifat terbuka,
kreatif dan memiliki semangat kerja
yang tinggi. Suasana
yang demikian ditentukan
oleh bentuk dan sifat
kepemimpinan yang dilakukan kepala sekolah.Selain itu telah dijelaskan mengenai
fungsi dari kepemimpinan kepala sekolah menurut peraturan menteri pendidikan
nasional nomor 19 tahun 2007 tentang
standar pengelolaan sekolah.
Adapun fungsi kepemimpinan
kepala sekolah meliputi.
a. Perencanaan program
b. Pelaksanaan rencana kerja
c. Pengawasan evaluasi
d. Kepemimpinan kepala sekolah
e. Sistem informasi sekolah
Berdasarkan uraian
di atas, peran
seorang pemimpin atau
kepala sekolah memiliki tanggung jawab yang penuh serta memiliki
wewenang yang kuat untuk meningkatkan
kinerja bawahannya. Pentingnya
peran kepala sekolah, sebagai
pemimpin tertinggi dalam sekolah haruslah bersikap adil dan memiliki wibawa
yang tinggi agar dapat mendukung tercapainya suatu tujuan menjadi lebih baik.
Fungsi kepala sekolah itu mempunyai tugas memimpin, maka kepala
sekolah itu merupakan
kekuatan paling sentral
yang mampu mempengaruhi, menggerakkan
serta meyakinkan orang lain untuk mencapai suatu tujuan.
5. Hubungan kepemimpinan kepala sekolah
dan kinerja guru
Kepemimpinan
adalah norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pemimpin pada saat dia
mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Norma perilaku
tersebut diaplikasikan dalam bentuk tindakantindakan dalam
aktifitas kepemimpinannya untuk
mencapai tujuan suatu organisasi melalui orang lain.
Dalam menjalankan
tugas dan fungsi
kepemimpinan kepala sekolah harus
mempunyai kemampuan untuk
menggerakkan, mengerahkan,
membimbing, melindungi, membina,
memberi teladan, memberi
dorongan, dan memberi bantuan
terhadap semua sumber
daya manusia yang
ada di suatu sekolah
sehingga dapat didayagunakan
secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.Kepemimpinan Kepala Sekolah
sangat mewarnai kondisi
kerja. Kebijakan, pengaruh sosial
dengan para guru
serta para murid
dan juga tindakannya dalam
membuat berbagai kebijakan,
kondisi tersebut memberikan dampak
pula terhadap kinerja
para guru. Dengan
demikian terdapat hubungan positif kepemimpinan kepala sekolah dengan
kinerja guru sekolah dasar. Hal
ini dapat dikatakan
pula semakin baik
kepemimpinan kepala sekolah semakin meningkat pula kinerja guru.
Dalam penelitian
ini, gaya kepemimpinan
kepala sekolah diperoleh dari penilaian
teman sejawat yaitu
berdasarkan persepsi guru-guru
Sekolah Dasar. Persepsi guru
tentang gaya kepemimpinan
kepala sekolah adalah proses
membeda-bedakan,
mengelompokkan, memfokuskan, dan mengorganisasikan pengamatan
yang dilakukan oleh
guru sebagai pengajar terhadap cara
kepemimpinan yang digunakan
kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah.Berdasarkan teori
di atas, penulis
mengembangkan indikator gaya kepemimpinan kepala
sekolah sebagai instrumen
penelitian (konstruk validitas
internal) sebagai berikut.
1) pengambilan keputusan,
2) pembagian tugas kepada bawahan,
3) inisiatif bawahan,
4) pemberian sanksi/hukuman,
5) pemberian penghargaan terhadap prestasi,
6) menjalin komunikasi,
7) monitoring pelaksanaan tugas, dan
8) rapat kerja.
Indikator instrumen
penelitian tersebut kemudian
dikembangkan dalam kisi-kisi instrumen.
.
C. Tinjauan Tentang Pemimpin
1. Pengertian Pemimpin
Pemimpin
memiliki bermacam-macam pengertian.
Dimana dari beberapa pendapat
tentang pengertian pemimpin
memiliki kesamaan. Menurut (Susilo
Martoyo, 1994: 165)
pemimpin adalah “seseorang
yang memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi prilaku orang
lain atau kelompok, tanpa
mengindahkan bentuk alasannya”.Selanjutnya pengertian pemimpin menurut
(Veithzal Rivai, 2002: 27) mengatakan bahwa pemimpin adalah “seseorang yang
mampu mempengaruhi orang lain”. Sedangkan
pengertian pemimpin menurut
Fred E. Fieldler (Ngalim Purwanto, 2005: 27) pemimpin
adalah “individu di dalam kelompok yang
memberikan tugas-tugas pengarahan
dan pengordinasian yang
relevan dengan kegiatan-kegiatan kelompok”.
Selain
itu pengertian pemimpin
juga dijelaskan oleh
Henry Pratt Fairchild (Kartini
Kartono, 2005: 38) menyatakan pemimpin adalah seorang yang memimpin
dengan jalan memprakarsai
tingkah laku sosial
dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir
atau mengontrol usaha
dan upaya orang lain
melalui suatu kekuasaan.
Sedangkan menurut (Kartini
Kartono, 2005: 39) pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan
khusus, dengan atau tanpa pengangkatan
resmi dapat mempengaruhi
kelompok yang dipimpinnya, untuk
melakukan usaha bersama
mengarah pada pencapaian sasaran-sasaran tertentu.
Berdasarkan pengertian para
ahli di atas
dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalah
orang yang memiliki
kemampuan khusus yang
lebih baik dari pada
yang lain sehingga
dapat mempengaruhi, mengarahkan
dan membimbing orang lain
untuk bersama-sama melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian suatu tujuan yang telah
ditetapkan bersama.
2. Tugas Seorang Pemimpin
Sebagai seorang
pemimpin tentunya memiliki
tugas yang harus dilaksanakan dalam kepemimpinannya,
menurut (M. Ngalim Purwanto, 2005: 64)
mengemukakan beberapa tugas
sebagai seorang pemimpin
antara lain ialah:
a. Memahami kebutuhan-kebutuhan dan keinginan
dari kelompoknya
b. Dari
keinginan-keinginan itu dapat diambil keputusan-keputusan yang realistis dan yang benar-benar dapat
dicapai.
c. Meyakinkan kelompoknya
tentang apa yang
menjadi keputusan, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya
bersifat khayalan.
d. Menentukan cara yang dapat digunakan
untuk mencapai atau menentukan keputusan-keputusan tersebut.Sedangkan menurut
Edy Sutrisno (2011:
228) mengemukakan beberapa tugas
sebagai seorang pemimpin antara lain.
a. Sebagai konselor
Sebagai seorang
pemimpin seharusnya memiliki
keterampilan berkomunikasi
yang baik, maka
dengan keterampilan tersebut
pemimpin akan dapat memberikan
bantuannya dalam pemecahan
masalah-masalah pribadi, masalah pekerjaan, pengembangan karier dan
sebagainya. Dimana keterampilan ini harus
dimiliki oleh setiap
pemimpin yang biasanya merupakan orang
pertama yang menjadi
tempat bertanya bagi
para karyawannya.
b.
Sebagai instruktur
Sebagai
seorang pemimpin seharusnya mempunyai peran sebagai guru yang bijaksana,
yang memungkinkan setiap
bawahan semakin lama semakin pintar dalam melaksanakan
tugasnya. Seorang bawahan mustahil dapat
bekerja baik tanpa
melakukan
kesalahan-kesalahan bila tidak mendapatkan arahan dari atasannya.
c. Memimpin rapat
Seorang pemimpin
dapat berperan sebagai
pemimpin rapat, dimana pemimpin ini
dapat bertindak sebagai
pengarah, membantu kelompok sampai pada
pengambilan keputusan yang
dapat dipahami oleh
setiap orang dan dapat diterima oleh seluruh bawahannya.
d. Mengambil keputusan
Seorang pemimpin
juga memiliki tugas
dalam pengambilan keputusan,
karena keberhasilan seorang pemimpin sangat ditentukan oleh keterampilan
pengambilan keputusan. Dimana pengambilan keputusan itu akan berdampak luas
terhadap mekanisme organisasi yang dipimpinnya.
e. Mendelegasikan wewenang
Seorang pemimpin
tidak dapat mengerjakan
sendiri seluruh
pekerjaannya, oleh sebab
itu seorang pemimpin
yang bijaksana haruslah mendelegasian sebagian
tugas dan wewenang
kepada bawahannya. Dimana pendelegasian
ini bertujuan agar
jalannya organisasi tidak mengalami kemacetan, dan terhindar dari
bau birokratis.
3. Jenis Pemimpin
Menurut Kartini
Kartono (2005: 10)
mengemukakan terdapat dua jenis kepemimpinan, yaitu
pemimpin formal (formal leaders) dan pemimpin informal (informal
leaders).
a. Pemimpin formal
Pemimpin formal
adalah orang yang
oleh suatu organisasi
atau lembaga tertentu ditunjuk sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan serta pengangkatan resmi
untuk memimpin suatu
jabatan dalam struktur organisasi, dengan
segala hak dan
kewajiban yang berkaitan
dengannya,untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dari suatu
organisasi. Ciri-ciri pemimpin formal menurut Kartini Kartono (2005: 10) adalah
1) Memiliki masa jabatan tertentu,
2) Harus memiliki beberapa persyaratan formal
terlebih dahulu,
3) Mendapat dukungan
oleh organisasi formal
untuk menjalankan tugas dan kewajibannya,
4) Mendapatkan balas jasa materiil dan
immateriil tertentu,
5) Dapat naik pangkat dan dapat dimutasi,
6) Akan
mendapatkan sanksi bila
melakukan kesalahan atau
melanggar aturan,
7) Selama menjabat
kepemimpinan, diberi kekuasaan
dan wewenang, antara lain
untuk: menentukan policy,
memberikan motivasi kerja kepada
bawahan, menggariskan pedoman
dan petunjuk, mengalokasikan jabatan
dan penempatan bawahannya,
melakukan komunikasi,
mengadakan supervisi dan
kontrol, menetapkan sasaran organisasi, dan
mengambil
keputusan-keputusan penting lainnya,
dan tugas-tugas penting lainnya.
b.
Pemimpin informal
Pemimpin informal
adalah orang yang
tidak memperoleh
pengangkatan formal sebagai
seorang pemimpin, namun
karena kualitas unggul yang
dimilikinya dia dapat mencapai kedudukan sebagai seseorang yang mampu
mempengaruhi kondisi psikis
maupun prilaku suatu kelompok atau masyarakat.Ciri-ciri pemimpin
informal menurut (Kartini
Kartono, 2005: 11) antara lain adalah:
1) Tidak memiliki penunjukan formal sebagai
pemimpin,
2) Kelompok masyarakat
menunjuk dirinya sebagai
pemimpin, dan mengakuinya sebagai
pemimpin,
3)
Tidak mendapatkan dukungan
oleh organisasi formal
untuk menjalankan tugas yang dipimpinnya,
4)
Tidak mendapatkan imbalan
jasa, kalaupun dapat
hanya diberikan secara sukarela,
5)
Tidak perlu memiliki
syarat formal, tidak
memiliki atasan, tidak
ada kenaikan pangkat, dan tidak dapat dimutasikan,
6)
Bila melakukan kesalahan,
maka dia tidak
mendapatkan hukuman, hanya kepercayaan
masyarakat terhadap dirinya
akan berkurang, pribadinya tidak
diakui, atau dapat ditinggalkan oleh kelompoknya.
4. Syarat-Syarat Pemimpin
Untuk dapat
menjadi seorang pemimpin
tentu harus berbeda
dengan bawahannya.
Kepemimpinan akan efektif
apabila seorang pemimpin dilengkapi dengan
syarat-syarat tertentu yang
tidak dimiliki oleh
anggota pada umumnya. Persyaratan
tersebut diakui keberadaannya
oleh anggotakelompok. Menurut
(Kartini Kartono, 2005: 36) ada tiga syarat penting dalam konsepsi kepemimpinan
dan harus dimiliki oleh setiap pemimpin, yaitu:
a.
Kekuasaan, yaitu otorisasi
dan legalitas yang
memberikan wewenang kepada
pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu
dalam rangka penyelesaian tugas tertentu.
b.
Kewibawaan yaitu merupakan keunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga
pemimpin mampu mengatur orang lain dan patuh padanya.
c.
Kemampuan, yaitu sumber
daya kekuatan, kesanggupan
dan kecakapan secara teknis
maupun sosial, yang melebihi dari anggota biasa.Sedangkan menurut
pendapat Sudarwan Danim
(2008: 205-206) pemimpin
setidaknya harus memiliki persyaratan sebagai berikut.
a. Bertakwa terhadap Tuhan Yang maha Esa
b. Memiliki inteligensi yang tinggi
c. Memiliki fisik yang kuat
d. Berpengetahuan luas
e. Percaya diri
f. Dapat menjafi anggota kelompok
g. Adil dan bijaksana
h. Tegas dan berinisiatif
i. Berkapasitas membuat keputusan
j. Memiliki kestabilan emosi
k. Sehat jasmani dan rohani
l. Bersifat prospektif
Sedangkan persyaratan
sebagai seorang pemimpin
telah dijelaskan kembali lebih
rinci oleh (Tati Rosmiati dan Dedy
Achmad Kurniady, 2011: 128)
yang mengemukakan persyaratan
kepribadian sebagai seorang pemimpin yang baik. Persyaratan
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Rendah hati dan sederhana
b. Bersifat suka menolong
c. Sabar dan memiliki kestabilan emosi
d. Percaya kepada diri sendiri
e. Jujur, adil dan dapat dipercaya
f. Keahlian dalam jabatan
Sementara menurut
Elsbree dan Reutter (Ngalim Purwanto,
2005: 53)mengemukakan syarat-syarat
sebagai seorang pemimpin
yang baik harus memiliki.
a. Sifat-sifat personal dan sosial yang baik
b. Kecakapan intelektual
c. Latar belakang pengetahuan yang sesuai
d. Filsafat pendidikan dan bimbingan
e. Kecakapan dan sikap terhadap pengajaran dan
teknik-teknik mengajar
f. Pengalaman profesional dan non profesional
g. Potensi untuk mengembangkan profesinya
h. Kesehatan fisik dan mental
Berdasarkan
uraian beberapa syarat kepemimpinan di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor
keberhasilan seorang pemimpin dalam memimpin suatu organisasi tidak hanya dia
mampu mengarahkan bawahannya saja tetapi pemimpin tersebut
harus lebih memiliki
sikap bijaksana, mahir
dalam manajemen, mempunyai jiwa sosial yang tinggi serta memiliki
keterampilan, dengan demikian pemimpin akan berhasil dalam membawa kemajuan
untuk organisasinya. Karena tanpa itu semua pemimpin tidak akan pernah berhasil
dalam memajukan organisasinya.
5. Sifat- Sifat Pemimpin
Dalam
upaya untuk menilai sukses atau gagalnya pemimpin itu antara lain dilakukan
dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas/ mutu perilakunya, yang
dapat dipakai sebagai
kriteria untuk menilai kepemimpinannya. George
R. Terry (Susilo
Martoyo, 1994: 173-174) mengemukakan 8 sifat seorang
pemimpin , yaitu:
a.
Penuh energi, dalam
mencapai kepemimpinan yang
baik memang diperlukan energi
yang baik pula,
baik jasmani maupun
rohani. Dimana seorang pemimpin
harus sanggup bekerja dalam waktu yang tidak tertentu, ketika sewaktu-waktu
tenaganya diperlukan maka dia harus sanggup untuk melaksanakan tugasnya sebagai
seorang pemimpin.
b.
Memiliki stabilitas emosi,
seorang pemimpin yang
efektif harus dapat menghilangkan rasa
kecurigaan atau berfikir
jelek terhadap bawahannya dan tidak
boleh cepat emosi.
Sebaliknya pemimpin harus
dapat tegas, konsekuen dan
konsisten dalam menentukan
tindakan terhadap bawahannya.
c.
Memiliki pengetahuan tentang
hubungan antara manusia,
seorang pemimpin harus mengetahui benar tentang sifat-sifat seorang
manusia atau bawahannya, sehingga seorang
pemimpin dapat memberikan
reaksi atau tindakan terhadap bawahannya.
d.
Motivasi pribadi, seorang
pemimpin harus memiliki
dorongan dan motivasi yang tinggi
dari dalam dirinya sendiri, bukan karena paksaan dari luar dirinya.
e.
Kemahiran mengadakan komunikasi,
seorang pemimpin harus
mampu mengutarakan gagasan baik
secara lisan maupun
tulisan, hal ini
berguna untuk mendorong kemajuan
bawahannya serta dapat
memberikan atau menerima
informasi bagi kemajuan organisasi dan kepentingan bersama.
f. Kecakapan mengajar,
pemimpin harus mampu
memberikan petunjukpetunjuk mengoreksi
kesalahan-kesalahan yang terjadi,
memberikan maupun menerima saran-saran dari bawahannya.
g.
Kecakapan sosial, seorang
pemimpin harus memiliki
kemampuan dalam bekerja sama
dengan orang-orang yang memiliki sifat-sifat yang beragam, sehingga mereka
benar-benar dengan penuh
kemauan dan kesetiaan bekerja dibawah kepemimpinannya.
h.
Kemampuan teknis, seorang pemimpin harus
memiliki kemampuan teknis yang
dapat berguna bagi
seorang pemimpin untuk
lebih mudah mengadakan koreksi
bila terjadi suatu
kesalahan pelaksanaan tugas
dari bawahannya.Sedangkan
menurut Ordway Tead
(Ngalim Purwanto, 2005:
53) mengemukakan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
sebagai berikut.
a. Berbadan sehat, kuat dan penuh energi.
b. Yakin akan maksud dan tujuan organisasi.
c. Selalu bergairah.
d. Bersifat ramah-tamah.
e. Mempunyai keteguhan hati.
f. Unggul dalam teknik bekerja.
g. Sanggup bertindak tegas.
h. Memiliki kecerdasan.
i. Pandai mengajari bawahan.
j. Percaya pada diri sendiri.
Kesimpulan dari
pendapat di atas
bahwa untuk menjadi
seorang pemimpin diperlukan sifat-sifat
kepemimpinan dimana seorang
pemimpin harus memiliki energi dan jasmani yang sehat, stabilitas emosi, pengetahuan tentang
hubungan antara manusia, motivasi pribadi, kemahiran mengadakan komunikasi,
kecakapan mengajar, kecakapan sosial, serta kemampuan teknis. sehingga apa yang dibutuhkan oleh organisasi dapat
terlihat oleh pemimpin dengan demikian tujuan organisasi dapat tercapai.
6. Ciri Seorang Pemimpin yang Baik
Untuk menjadi
seorang pemimpin yang
baik tentu bukanlah
perkara yang mudah. Karena seorang pemimpin mempunyai tugas yang berat.
Namun banyak orang menginginkan menjadi
seorang pemimpin yang baik. Kriteria untuk bisa dikatakan
menjadi pemimpin yang baik harus memperhatikan ciricirinya. Menurut
Sudarwan Danim (2010:
13) mengungkapkan ciri-ciri seorang pemimpin yang baik.
Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:
a. Adaptif terhadap situasi
b. Waspada terhadap lingkungan sosial
c. Ambisius dan berorientasi pada pencapaian
d. Tegas
e. Kerjasama atau kooperasi
f. Menentukan
g. Diandalkan
h. Dominan atau berkeinginan dan berkekuatan
untuk mempengaruhi orang lain
i. Energik atau tampil dengan tingkat aktivitas
tinggi
j. Persisten
k. Percaya diri
l. Toleran terhadap stres
m. Bersedia untuk memikul tanggung jawab
D. Kerangka Berpikir
Kinerja merupakan
perasaan dorongan yang
diinginkan oleh guru dalam
bekerja. Perbaikan kinerja
guru dalam pembelajaran
agar menjadi efektif dan
efesien serta tujuan
yang diharapkan dapat
tercapai secara optimal, tentunya
tidak terlepas dari
peran kepala sekolah
sebagai seorang pemimpin.
Kepemimpinan Kepala
Sekolah sangat mewarnai
kondisi kerja. Kebijakan, pengaruh
sosial dengan para
guru serta para
murid dan juga tindakannya dalam
membuat berbagai kebijakan,
kondisi tersebut memberikan dampak
pula terhadap kinerja para guru. gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang
digunakan oleh seseorang pemimpin
pada saat dia
mencoba untuk mempengaruhi
perilaku orang lain seperti
yang ia lihat.
Norma perilaku tersebut
diaplikasikan dalam bentuk tindakan-tindakan dalam
aktifitas kepemimpinannya untuk
mencapai tujuan suatu organisasi
melalui orang lain.Pada umumnya pemimpin (kepala sekolah) masih banyak yang belum menerapkan gaya
kepemimpinannya secara optimal.
Kepala sekolah masih memperlakukan bawahannya
dengan sama tanpa
memperhatikan perbedaan
individual antara guru yang satu dengan guru
yang lainnya.
Kepala
sekolah belum menerapkan gaya
kepemimpinan yang efektif
dan efisien dalamkepemimpinannya di
sekolah. Kepala sekolah
dituntut untuk mampu memperhatikan dan
memberikan perlakuan yang
berbeda sesuai dengan kematangan bawahannya.Kualitas pendidikan
akan dapat terwujud
bila guru dalam
proses pembelajaran dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar,
cara kerja yang baik dapat menghasilkan prestasi kerja yang optimal.
Sehingga terdapat hubungan positif
antara gaya kepemimpinan
kepala sekolah dengan
kinerja guru sekolah dasar. Hal
ini berarti semakin baik
kinerja seorang guru, maka semakin
baik pula kepemimpinan
seorang kepala sekolah
dalam melaksanakan tugasnya.
Kepemimpinan seorang
Kepala Sekolah akan
dapat diterima oleh guru-guru apabila
kepemimpinan yang diterapkan
sangat cocok dan
disukai oleh guru-gurunya. Sehingga
guru akan memiliki
kecenderungan
untukmeningkatkan
kinerjanya. Dengan menggunakan
gaya kepemimpinan yang tepat,
harapannya dapat meningkatkan
kinerja para guru.
Yang terpenting dalam gaya
kepemimpinan ini adalah pengarahan dan dukungan dari kepala sekolah yang dapat disesuaikan dengan
tingkat kematangan seorang guru. Dengan
demikinan bahwa gaya
kepemimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh
positif dengan kinerja guru khususnya sekolah dasar. Hal ini dapat
dikatakan bahwa semakin
baik kepemimpinan seorang
kepala sekolah dalam melaksanakan
tugasnya maka semakin
baik pula kinerja seorang guru.
Secara ringkas kerangka
berpikir dari penelitian
ini dapat dilihat pada paradigma
penelitian pada gambar dibawah ini.,
Variabel X Variabel
Y
Gambar
1Model hubungan antar variabel penelitian
E. Definisi Operasional Variabel
Definisi
operasional variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Kinerja Guru
Kinerja
guru adalah hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas dalam
pembelajaran yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,
pengalaman dan kesungguhan
serta waktu dengan
output yang dihasilkan tercermin baik kuantitas maupun kualitasnya.
Untuk melihat kinerja diukur dengan
melalui kegiatan perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan
penilaian pembelajaran, dan
tindak lanjut hasil penilaian.
Data tentang kinerja
guru diungkapkan melalui
guru sendiri sebagai sumber data dengan menggunakan metode angket.
2. Gaya kepemimpinan kepala sekolah
Gaya kepemimpinan
Kepala Sekolah yaitu
suatu perwujudan tingkah laku
dari seorang Kepala
Sekolah yang digunakan
untuk mempengaruhi bawahannya supaya
mau mengerjakan tugasnya
dengan senang hati
untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan bersama, pengukurannya
dengan indikator; (1) pengambilan keputusan, (2) pembagian tugas kepada
bawahan, (3) inisiatif bawahan,
(4) pemberian sanksi/hukuman, (5)
pemberian penghargaan terhadap
prestasi, (6) menjalin
komunikasi, (7) monitoring pelaksanaan tugas, dan (8) rapat
kerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar