Senin, 16 Mei 2016

KETERAMPILAN DASAR KONSELING

MAKALAH

     Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Pengembangan Psikologi Konseling
Dosen Pengampu : Nita Fitriana, S. Pd. M.Pd


 






 




Disusun Oleh:

                                                YULIZA                    14020010



PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2015


KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, namun kami menyadari dari penulisan makalah ini, masih banyak kekuranganya. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan guna untuk perbaikan  makalah. Makalah  ini disusun sebagai Tugas dari Mata Kuliah Psikologi Konseling.
Penulis dalam menyelesaikan tugas ini banyak dibantu oleh berbagai pihak, untuk itu penulis ucapkan terimakasih kepada :
1.Dosen mata kuliah Pengembanganpribadi konselor, Nita Fitria, S. Pd .M.Pd.
2 .Semua pihak yang telah membantu penulisan dalam menyelesaikan makalah ini
Semoga semua amal baik Saudara dibalas Allah SWT  dengan pahala yang setimpal. Kami berharap mudah-mudahan makalah  ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.




                                                                                                                             Penyusun




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA









BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Secara umum konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan secara langsuang antara konselor dan klien melalui wawancara konseling. Proses ini hanya boleh dilakukan oleh konselor profesional. Konseling sebagai usaha bantuan profesional yang disejajarkan dengan profesi lain, seprti psikiater, psikolog, dan sebagainya.
Dalam pelaksanaannya, akan ada interaksi secara tatap muka antara konselor dengan klien. Dengan demikian seorang konselor perlu memiliki ketermpilan-keterampilan yang didasarkan pada pengetahuan khusus. Keterampilan itu menjadi salah satu kompetensi konselor.
Ketika melakukan wawancara konseling, teknik dasar komunikasi konseling menjadi pondasi yang sangat penting. Beberapa teknik tersebut antara lain teknik Attending, Opening, Acceptance, Paraprashing, Restatement, Reflesing of Feeling, Clarification, Structuring.
Akan tetapi, dalam makalah ini tidak akan membahas seluruh aspek  teknik dasar konseling tersebut. Makalah ini hanya memfokuskan pada teknik Attending, Opening dan Acceptance. Ketika tenik tersebut akan bermanfaat dalam permulaan proses konseling.

1.2.Rumusan Masalah

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain sebagai berikut :
  1. Apa pengerian dari teknik Attending?
  2. Bagaimana cara menerapkan teknik Attending dalam proses konseling?
  3. Apa pengerian dari teknik Opening?
  4. Bagaimana cara menerapkan teknik Openning dalam proses konseling?
  5. Apa pengertian dari teknik Acceptance?
  6. Bagaimana cara menerapkan teknik Accaptance dalam proses konseling?




BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1.Pengartian keterampilan dasar konseling


Pengertian keterampilan konseling adalah bentuk skill yang dimiliki konselor atau guru dalam menerapkan praktek-praktek konseling. Keterampilan dasar yang dimaksud disini adalah keterampilan konseling sebagai salah satu kompetensi dasar guru bimbingan dan konseling di sekolah. Keterampilan tersebut merupkan kompetensi yang harus dikuasai dalam setiap melakukan konseling individual. Keterampilan tersebut merupakan salah satu strategi di dalam melakukan wawancara dengan konseli. Untuk lebih berpengalaman dan menguasai konseling maka ada strategi yang fektif yaitu dilakukan lebih dahulu arena latihan konselor sejawat kemudian diaplikasikan kepada konseli yang sebenarnya (Carl Rogers, 1983: 261). Selanjutnya Rogers mengatakan bahwa konselor yang profesional sebaiknya harus mengalami seluk beluk seperti konseli, sehingga konselor akan mendapatkan pengalaman yang berarti untuk peningkatan diri sebagai terapis.  
Jadi secara sederhana konseling dapat diberikan rumusan yang sangat sederhana yaitu “wawancara atau percakapan dengan t ujuan menolong” (Dinkmeyer & Caldwell), namun tidak boleh dilupakan bahwa konseling adalah teknik menolong yang kompleks, sehingga konselor harus memahami setiap keterampilan yang dilakukan.
Uraian tersebut sesuai dengan pendapat Aryatmi Siswohardjono (1992) bahwa agar konselor sekolah mampu melaksanakan konseling secara efektif maka mereka harus memiliki keterampilan konseling. Keterampilan Konseling yang efektif berarti konselor mampu menciptakan suasana kondusif, hangat (warmth), menyenangkan dan mententramkan hati konseli. Dengan suasana yang demikian itu konselor akan mudah melakukan eksplorasi masalah yang ada pada diri konseli. 
Keterampilan konseling menurut Ivey (dalam Willis 2007) ia mengatakan bahwa keterampilan konseling dapat juga dipandang sebagai keterampilan minimal seorang konselor profesional, sehingga penguasan akan keterampilan-keterampilan ini dapat sedikit banyak menjamin keberlangsungan suatu proses konseling untuk mencapai tujuan konseling. Dengan harapan bahwa konseli dapat memecahkan masalahnya sendiri demi perkembangan optimal diri konseli sendiri.
Di dalam proses konseling dikenal adanya tiga tahap, dan ini harus diketahui oleh konselor sekolah. Tiga tahap tersebut adalah tahap awal, tahap pengembangan, dan tahap terminal konseling (Pieter B. Mboeik, 1988). Setiap tahap ada keterampilan-keterampilan tertentu yang menyatu di dalam membangun suatu proses konseling yang utuh. Apabila proses ini gagal untuk dibangun maka suatu keterampilan yang dilakukan dapat mengganggu konseling secara keseluruhan.
2.2.Attending ( Perhatian )
Menurut Carkhuff (dalam Retno dan Eko: 2007) menyebutkan bahwa attending adalah cara yang menunjukan bagaimana konselor menyiapkan diri, bersikap atau berperilaku, mendengarkan, memberikan perhatian kepada klien sehingga klien merasa aman, nyaman, diperhatikan oleh konselor.
Dengan kata lain attending adalah ketrampilan/ teknik yang digunakan konselor untuk memusatkan perhatian kepada klien agar klien merasa dihargai dan merasa dibimbing dengan suasana yang kondusif sehingga klien bebas mengekspresikan / mengungkapkan pikiran , perasaan ataupun tingkah lakunya.Perilaku attending dapat juga dikatakan sebagai penampilan konselor yang menampakkan komponen-komponen perilaku nonverbal, bahasa lisan dan kontak mata. Karena komponen-komponen tersebut tidak mudah perlu dilatihkan bertahap dan terus menerus.
Perilaku attending  yang ditampilkan konselor akan mempengaruhi kepribadian klien yaitu:
1.Meningkatkan harga diri klien, sebab sikap dan perilaku attending memungkinkan konselor menghargai klien. Karena dia dihargai, maka merasa harga diri ada atau meningkat.

2.Dengan perilaku attending dapat menciptakan suasana aman bagi klien, karena klien merasa ada orang yang bias dipercayai, teman untuk  berbicara, dan merasa terlindungi secara emosional.
3.Perilaku attending memberikan keyakinan kepada klien bahwa konselor adalah tempat dia mudah untuk mencurahkan segala isi hati dan perasaannya.Keterampilan atending merupakan usaha pembinaan untu menghadirkan klien dalam proses konseling.Keterampilan dasar ini harus dikuasai oleh konselor karena keberhasilan membangun kondisi awal akan menentukan proses dan hasil konseling yang diselenggarakan. Penciptaan dan pengembangan atending dimulai dari upaya konselor menunjukkan sikap empati, menghargai, wajar dan mampu mengetahui atau paling tidak mengantisipasi kebutuhan yang dirasakan oleh  klien.
Ketrampilan attending meliputi :
1.      a. Posisi badan (termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka) diantara posisi badan yang baik dalam attending mencakup :
  • Duduk dengan badan menghadap klien
  • Tangan diatas pangkuan atau berpegang bebas atau kadang-kadang di gunakan untuk menunjukan gerak isyarat yang sedangdikomunikasikan secara verbal
  • Responsif dengan menggunakan bagian wajah, misalnya senyum spontan atau anggukan kepala sebagai persetujuan atau pemahaman dan kerutan dahi tanda tidak mengerti
  • Badan tegak lurus tanpa kaku dan sesekali condong kearahklien untuk Menunjukan kebersamaan dengan klien
  1. b  Kontak mata
Kontak mata yang baik berlangsung dengan melihat klien pada waktu dia ber-bicara kepada konselor dan sebaliknya. Kontak mata harus dipertahankan atau dipelihara dengan menggunakan pandangan spontan yang mengekspresikan minat dan keinginan mendengarkan serta merespon klien
  1. c. Mendengarkan
    Memelihara perhatian penuh yang terpusat pada klien. Mendengarkan apapun yang dikatakan klien. Mendengarkan keseluruhan pribadi klien (kata-kata, perasaan dan perilakunya). Memahami keseluruhan pesannya.
Contoh perilaku attending yang baik :
  1. Kepala
  • melakukan anggukan jika setuju dan menggeleng jika tidak setuju
  1. Ekspresi wajah
  • tenang, ceria, senyum
  1. Posisi tubuh
  • agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
  1. Tangan
  • variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.
.
Contoh perilaku attending yang tidak baik
  1. Kepala : kaku
Muka, kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan,tidak melihat saat klien sedang bicara, mata melotot.
  1. Posisi tubuh
tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling. Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan klien berfikir dan berbicara.
  1. Perhatian terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.
Contoh   Penggunaannya dalam konseling
Verbal
Klien                  :“assalamungalikum ” (sambil mengetok pintu)
Konselor            :”waalaikum salam” ” Silahkan masuk”


Nonverbal
Konselor              : “silahkan duduk”  (konselor mempersilahkan klien duduk pada kursi yang telah       disediakan sambil  mengarahkan tangan ke tempat duduk)
Klien                  :”Ya, bu terimakasih”
Dalam proses attending ini ada kemungkinan kegagalan proses attending mengingat baahwa manusia itu unik dan memiliki karakteristik masing-masing ada yang tertutup sehingga mempersulit proses attending dan proses konseling ini. Dalam hal ini apabila konselor mengalami kegagalan dalam proses ini lanjutkan saja proses konseling jangan terus berbicara ataupun bertanya karena hal tersebut akan menimbulkan kesan bahwa  konselor mendominasi kegiatan konseling dan hal itu akan semakin membuat klien merasa tidak nyaman dan tidak percaya pada konselor. Dalam hal ini mungkin konselor harus lebih dekat dan lebih mengenal klien. Setelah klien diterima lalu membina rapport dan paling penting membacakan topik netral.
Attending bertujuan untuk penciptaan suasana nyaman supaya klien merasa dihargai, meyakinkan klien untuk mempercayai konselor. Menurut Sofyan S. Willis  ( 2004 : 176 )  menyatakan bahwa perilaku attending akan mempengaruhi kepribadian konseli yaitu:
  1. Meningkatkan harga diri konseli
  2. Menciptakan suasana aman bagi konseli
  3. Memberikan keyakinan kepada konseli bahwa konselor adalah tempat dia mudah untuk mencurahkan segala isi hati perasaannya.
Attending dilakukan untuk membuka proses konseling, perhatian yang diberikan terpusat sehingga klien menjadi terbuka pada klien. Attending berfungsi agar konselor dpat memperlihatkan penampilan yang attending diberbagai situasi hubungan interpersonal secara umum khususnya dalam relasi konseling dengan konseli.( Sofyan S. Willis, 2004 : 176 ).
Dari beberapa fungsi tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa fungsi dari teknik attending adalah konselor dapat memfokuskan pada komunikasi non ferbal konseli sehingga perhatiannya terpusat pada konseli dan dapat memperlihatkan penampilan yang attending khususnya dala relasi konseling dengan konseli.
Attending bermanfaan agar konseli merasa dihargai dan terbina suasana kondusif.
( Sofyan S. Willis, 2004 : 176 ). Attending bermanfaat agar konseli merasa dihagai sehingga ia senang, betah, dan mau mencurahkan ide dan perasaannya secara bebas.
2.3. Pembukaan ( Openning )
Opening  (pembukaan) adalah keterampilan atau teknik untuk membuka atau memulai komunikasi atau hubungan konseling. Raport (openning) mempunyai makna sebagai suatu kondisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama. (M. Surya, 2003 : 130).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa teknik opening adalah teknik untuk membuka hubungan konseling sehingga terbentuk suatu kondisi yang saling memahamidan mengenal tujuan bersama. Keterampilan ini digunakan ketika konselor melakukan wawancara dengan klien. Opening merupakan bentuk verbal dari ketrampilan attending.
Tujuan dari opening yaitu konselor  memperoleh dengan  kepercayaan dari konseli dan akhirnya konseli dapat dengan bebas dan terbuka dalam mengungkapkan masalahnya. Raport (openning) mempunyai makna sebagai suatu kondisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama. (M. Surya, 2003 :130). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa teknik opening adalah teknik untuk membuka hubungan konseling sehingga terbentuk suatu kondisi yang saling memahamidan mengenal tujuan bersama.
Fungsi dari ketrampilan opening adalah mempererat hubungan konselor dengan klien. Opening berfungsi untuk membuka poroses konseling secara psikologis, serta berfungsi juga untuk menciptakan rasa nyaman bagi konseli, sehinggas konseli akan merasa tenang dan percaya bahwa konselor dapat membantu dan menangani masalahnya.denan demikian opening samgat diperlukan oleh seorang konselor agar tercapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam proses konseling.
Contoh :
Tika                 :“Assalamungalaikum”(sambil mengetuk pintu ruang konselor)
Konselor         :”Wassalamualaikumsalam, mba Tika (klien,men dan berjabat sambil tersenyum dan mempersilahkan duduk ke kursi)
Tika                 :” ya baik bu”terima kasih ( sambil duduk)Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh konselor dalam menggunakan teknik opening antara lain adalah menyambut kehadiran klien, membicarakan topic netral, dan memindahkan pembicaraan topic ke dalam permulaan dan konseling.

1. Penyambutan
.           a.Verbal
Konselor member atau menjawab salam, menyebutkan nama klien, mempersilahkan duduk dll.
b.Non verbal
Konselor segera membuka pintu ruang konseling, jabat tangan, senyum dengan ceri, mendampingi mengiringi klien saat menuju tempat duduk menempatkan klien pada tempat duduk yang lebih baik, duduk sesudah klien duduk dll.
  1. 2. Pembicaraan Topik Netral
    1. Topiknetral adalah bahan pembicaraan yang sifatnya umum dan tidak menyinggung perasaan klien.
    2. Bahan topic netral antara lain kejadian-kejadian hangat gambaran-gambaran yang ada diruang konseling, potensi lingkungan asal klien dll.
           3. Pemindahan Topik Netral ke Permulaan Konseling
1. Menggunakan kalimat “jembatan” misalnya:“Setelah kita membicarakan…(isi         topik netral), barangkali ada sesuatu hal yang perlu kita bicarakan bersama dalam pertemuan ini”
2.  Mengembangkan sebagaian isi topik netral misalnya:
“Itu tadi hobimu dibidang musik, lalu bagaimana dengan prestasimu dalam perkuliahan”
2.4. Acceptance (Penerimaan)
Penerimaan adalah teknik yang digunakan konselor untuk menunjukan minat dan pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan klien. Teknik penerimaan merupakan cara bagaimana konselor melakukan tindakan agar konseli merasa diterima dalam proses konseli.(M. Surya, 2003 : 131). Dapat disimpulkan dari pengertian diatas bahwa teknik acceptance adalah teknik yang digunakan konselor untuk menunjukkan minat dan pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan konseli agar konseli merasa diterima dalam proses konseli.
Terdapat dua jenis penerimaan yaitu:
  1. a.Verbal 
    1) Bentuk pendekteruskan, oh… ya, lalu/kemudian, ya…ya, hem…hem… dll.
    2) Bentuk panjang : saya memahami , saya menghayati, saya dapat  merasakan, dll.
b.Non verbal
Anggukan kepala posisi condong ke depan, perubahan mimik, memlihara kontak mata dll. Penerimaan bukan berarti mensetujui, cerita apapun yang disampaikan klien diterima namun bukan berarti setuju. Konselor menerima tanpa menilai sesuai dengan asas klien tidak pernah salah ( KTSP ).
Konselor  bertanggungjawab  untuk memperbaiki klien atau bisa disebut debgan memberikan dorongan minimal pada klien.
Contoh  Penerimaan (Acceptenc)
Konselor  :”Bagaimana           kabar   mba     Tika     hari      ini        ?
Tika         :”Alhamdulillah baik bu”,              
Konselor  :”Barusan pelajaran apa?”(Konselor duduk dengan  tenang sambil sedikit mencondongkan badan pada klien)
Tika          :“pelajaran kimia bu”
Konselor   :”Anda suka pelajaran tersebut?atau sebaliknya?
Tujuan acceptenc  adalah untuk menciptakan suasana dimana konseli merasa dihargai. Fungsi dari Acceptenc ialah terjalin suasana yang kondusif dan dinamis. Selain itu agar konseli merasa diterima dalam proses konseling. Oleh karena itu, teknik ini perlu difungsikan supaya proses konseling berjalan dengan lancar.

BAB III

PENUTUP


3.1. Simpulan

Teknik dasar yang dapat digunakan untuk membantu konselor dalam menggali perasaan-perasaan konseli baik dari tingkah laku verbal maupun non verbal sebagai usaha untuk memahami dirinya sendiri dan memahami perubahan yang terjadi di dalam kehidupannya. Teknik dasar dalam komunikasi konseling terdiri attending, opening acceptance dll. Teknik tersebut dapat dilakukan baik verbal maupun non verbal guna membantu klien mengentaskan masalahnya. Konselor harus mengetahui bagaimana cara membuat klien merasa nyaman agar dapat mengekspesikan masalah apa yang dia hadapai. Serta konselor harus mempunyai keterampilan dalam menggunakan teknik opening karena opening yang baik dan tepat dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi klien. Serta dalam diri konselor harus mempunyai jiwa penerimaan yang baik akan diri klien hal ini diperlukaan agar klien tak sngkan dalam mengunggapkan apa yang ia dia rasakan.











DAFTAR PUSTAKA

Supriyo dan Mulawarman. 2005. Keterampilam Dasar Konseling. Semarang: UNNES


Tidak ada komentar:

Posting Komentar