KETERAMPILAN DASAR KONSELING
MAKALAH
Disusun
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata
Kuliah Pengembangan Psikologi Konseling
Dosen Pengampu : Nita Fitriana, S.
Pd. M.Pd
Disusun Oleh:
YULIZA 14020010
PRODI
BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, namun kami menyadari dari
penulisan makalah ini, masih banyak kekuranganya. Untuk itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan guna untuk perbaikan makalah. Makalah ini disusun sebagai Tugas dari Mata Kuliah Psikologi
Konseling.
Penulis
dalam menyelesaikan tugas ini banyak dibantu oleh berbagai pihak, untuk itu
penulis ucapkan terimakasih kepada :
1.Dosen mata kuliah
Pengembanganpribadi konselor,
Nita Fitria, S. Pd .M.Pd.
2 .Semua pihak yang telah membantu penulisan
dalam menyelesaikan makalah ini
Semoga
semua amal baik Saudara dibalas Allah SWT
dengan pahala yang setimpal. Kami berharap mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan
bagi pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL..............................................................................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Secara umum konseling merupakan suatu proses pemberian
bantuan secara langsuang antara konselor dan klien melalui wawancara konseling.
Proses ini hanya boleh dilakukan oleh konselor profesional. Konseling sebagai
usaha bantuan profesional yang disejajarkan dengan profesi lain, seprti
psikiater, psikolog, dan sebagainya.
Dalam pelaksanaannya, akan ada interaksi secara tatap
muka antara konselor dengan klien. Dengan demikian seorang konselor perlu
memiliki ketermpilan-keterampilan yang didasarkan pada pengetahuan khusus.
Keterampilan itu menjadi salah satu kompetensi konselor.
Ketika melakukan wawancara konseling, teknik dasar komunikasi
konseling menjadi pondasi yang sangat penting. Beberapa teknik tersebut antara
lain teknik Attending, Opening, Acceptance, Paraprashing, Restatement,
Reflesing of Feeling, Clarification, Structuring.
Akan tetapi, dalam makalah ini tidak akan membahas
seluruh aspek teknik dasar konseling tersebut. Makalah ini hanya
memfokuskan pada teknik Attending, Opening dan Acceptance. Ketika tenik
tersebut akan bermanfaat dalam permulaan proses konseling.
1.2.Rumusan Masalah
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain
sebagai berikut :
- Apa pengerian dari teknik Attending?
- Bagaimana cara menerapkan teknik Attending dalam
proses konseling?
- Apa pengerian dari teknik Opening?
- Bagaimana cara menerapkan teknik Openning dalam
proses konseling?
- Apa pengertian dari teknik Acceptance?
- Bagaimana cara menerapkan teknik Accaptance dalam
proses konseling?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengartian keterampilan dasar konseling
Pengertian
keterampilan konseling adalah bentuk skill yang dimiliki konselor atau guru
dalam menerapkan praktek-praktek konseling. Keterampilan dasar yang dimaksud
disini adalah keterampilan konseling sebagai salah satu kompetensi dasar guru
bimbingan dan konseling di sekolah. Keterampilan tersebut merupkan kompetensi
yang harus dikuasai dalam setiap melakukan konseling individual. Keterampilan
tersebut merupakan salah satu strategi di dalam melakukan wawancara dengan
konseli. Untuk lebih berpengalaman dan menguasai konseling maka ada strategi
yang fektif yaitu dilakukan lebih dahulu arena latihan konselor sejawat
kemudian diaplikasikan kepada konseli yang sebenarnya (Carl Rogers, 1983: 261).
Selanjutnya Rogers mengatakan bahwa konselor yang profesional sebaiknya harus
mengalami seluk beluk seperti konseli, sehingga konselor akan mendapatkan
pengalaman yang berarti untuk peningkatan diri sebagai terapis.
Jadi secara
sederhana konseling dapat diberikan rumusan yang sangat sederhana yaitu
“wawancara atau percakapan dengan t ujuan menolong” (Dinkmeyer & Caldwell),
namun tidak boleh dilupakan bahwa konseling adalah teknik menolong yang
kompleks, sehingga konselor harus memahami setiap keterampilan yang dilakukan.
Uraian
tersebut sesuai dengan pendapat Aryatmi Siswohardjono (1992) bahwa agar
konselor sekolah mampu melaksanakan konseling secara efektif maka mereka harus
memiliki keterampilan konseling. Keterampilan Konseling yang efektif berarti
konselor mampu menciptakan suasana kondusif, hangat (warmth), menyenangkan dan
mententramkan hati konseli. Dengan suasana yang demikian itu konselor akan
mudah melakukan eksplorasi masalah yang ada pada diri konseli.
Keterampilan
konseling menurut Ivey (dalam Willis 2007) ia mengatakan bahwa keterampilan
konseling dapat juga dipandang sebagai keterampilan minimal seorang konselor
profesional, sehingga penguasan akan keterampilan-keterampilan ini dapat
sedikit banyak menjamin keberlangsungan suatu proses konseling untuk mencapai
tujuan konseling. Dengan harapan bahwa konseli dapat memecahkan masalahnya
sendiri demi perkembangan optimal diri konseli sendiri.
Di dalam
proses konseling dikenal adanya tiga tahap, dan ini harus diketahui oleh
konselor sekolah. Tiga tahap tersebut adalah tahap awal, tahap pengembangan,
dan tahap terminal konseling (Pieter B. Mboeik, 1988). Setiap tahap ada
keterampilan-keterampilan tertentu yang menyatu di dalam membangun suatu proses
konseling yang utuh. Apabila proses ini gagal untuk dibangun maka suatu
keterampilan yang dilakukan dapat mengganggu konseling secara keseluruhan.
2.2.Attending ( Perhatian )
Menurut Carkhuff (dalam Retno dan Eko: 2007)
menyebutkan bahwa attending adalah cara yang menunjukan
bagaimana konselor menyiapkan diri, bersikap atau berperilaku, mendengarkan,
memberikan perhatian kepada klien sehingga klien merasa aman, nyaman,
diperhatikan oleh konselor.
Dengan kata lain attending adalah ketrampilan/ teknik yang digunakan konselor untuk memusatkan
perhatian kepada klien agar klien merasa dihargai dan merasa dibimbing dengan
suasana yang kondusif sehingga klien bebas mengekspresikan / mengungkapkan
pikiran , perasaan ataupun tingkah lakunya.Perilaku attending dapat juga
dikatakan sebagai penampilan konselor yang menampakkan komponen-komponen
perilaku nonverbal, bahasa lisan dan kontak mata. Karena komponen-komponen
tersebut tidak mudah perlu dilatihkan bertahap dan terus menerus.
Perilaku attending yang ditampilkan konselor
akan mempengaruhi kepribadian klien yaitu:
1.Meningkatkan harga diri klien, sebab sikap dan perilaku attending memungkinkan konselor menghargai klien. Karena dia dihargai, maka merasa harga diri ada atau meningkat.
1.Meningkatkan harga diri klien, sebab sikap dan perilaku attending memungkinkan konselor menghargai klien. Karena dia dihargai, maka merasa harga diri ada atau meningkat.
2.Dengan perilaku attending dapat menciptakan suasana
aman bagi klien, karena klien merasa ada orang yang bias dipercayai, teman
untuk berbicara, dan merasa terlindungi
secara emosional.
3.Perilaku attending memberikan keyakinan kepada klien
bahwa konselor adalah tempat dia mudah untuk mencurahkan segala isi hati dan perasaannya.Keterampilan
atending merupakan usaha pembinaan untu menghadirkan klien dalam proses
konseling.Keterampilan dasar ini harus dikuasai oleh konselor karena
keberhasilan membangun kondisi awal akan menentukan proses dan hasil konseling
yang diselenggarakan. Penciptaan dan pengembangan atending dimulai dari upaya
konselor menunjukkan sikap empati, menghargai, wajar dan mampu mengetahui atau
paling tidak mengantisipasi kebutuhan yang dirasakan oleh klien.
Ketrampilan attending meliputi :
1.
a. Posisi badan (termasuk
gerak isyarat dan ekspresi muka) diantara posisi badan yang baik dalam
attending mencakup :
- Duduk dengan badan menghadap klien
- Tangan diatas pangkuan atau berpegang bebas atau
kadang-kadang di gunakan untuk menunjukan gerak isyarat yang sedangdikomunikasikan
secara verbal
- Responsif dengan menggunakan bagian wajah,
misalnya senyum spontan atau anggukan kepala sebagai persetujuan atau
pemahaman dan kerutan dahi tanda tidak mengerti
- Badan tegak lurus tanpa kaku dan sesekali condong
kearahklien untuk Menunjukan kebersamaan dengan klien
- b Kontak mata
Kontak mata yang baik berlangsung dengan melihat klien
pada waktu dia ber-bicara kepada konselor dan sebaliknya. Kontak mata harus
dipertahankan atau dipelihara dengan menggunakan pandangan spontan yang
mengekspresikan minat dan keinginan mendengarkan serta merespon klien
- c. Mendengarkan
Memelihara perhatian penuh yang terpusat pada klien. Mendengarkan apapun yang dikatakan klien. Mendengarkan keseluruhan pribadi klien (kata-kata, perasaan dan perilakunya). Memahami keseluruhan pesannya.
Contoh perilaku attending yang baik :
- Kepala
- melakukan anggukan jika setuju dan menggeleng
jika tidak setuju
- Ekspresi wajah
- tenang, ceria, senyum
- Posisi tubuh
- agak condong ke arah klien, jarak antara konselor
dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
- Tangan
- variasi gerakan tangan/lengan spontan
berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk
menekankan ucapan.
.
Contoh perilaku attending yang tidak baik
Contoh perilaku attending yang tidak baik
- Kepala
: kaku
Muka, kaku, ekspresi melamun, mengalihkan
pandangan,tidak melihat saat klien sedang bicara, mata melotot.
- Posisi tubuh
tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan
klien menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling. Memutuskan pembicaraan,
berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan klien berfikir
dan berbicara.
- Perhatian terpecah, mudah buyar oleh gangguan
luar.
Contoh Penggunaannya dalam konseling
Verbal
Klien
:“assalamungalikum ” (sambil mengetok pintu)
Konselor
:”waalaikum salam”
” Silahkan masuk”
Nonverbal
Konselor
: “silahkan duduk” (konselor mempersilahkan klien duduk pada kursi
yang telah disediakan sambil mengarahkan tangan ke tempat duduk)
Klien :”Ya, bu terimakasih”
Klien :”Ya, bu terimakasih”
Dalam proses attending ini ada kemungkinan kegagalan
proses attending mengingat baahwa manusia itu unik dan memiliki karakteristik
masing-masing ada yang tertutup sehingga mempersulit proses attending dan
proses konseling ini. Dalam hal ini apabila konselor mengalami kegagalan dalam
proses ini lanjutkan saja proses konseling jangan terus berbicara ataupun
bertanya karena hal tersebut akan menimbulkan kesan bahwa konselor
mendominasi kegiatan konseling dan hal itu akan semakin membuat klien merasa
tidak nyaman dan tidak percaya pada konselor. Dalam hal ini mungkin konselor
harus lebih dekat dan lebih mengenal klien. Setelah klien diterima lalu membina
rapport dan paling penting membacakan topik netral.
Attending bertujuan untuk penciptaan suasana nyaman supaya klien merasa
dihargai, meyakinkan klien untuk mempercayai konselor. Menurut Sofyan S. Willis
( 2004 : 176 ) menyatakan bahwa perilaku attending akan
mempengaruhi kepribadian konseli yaitu:
- Meningkatkan harga diri konseli
- Menciptakan suasana aman bagi konseli
- Memberikan keyakinan kepada konseli bahwa
konselor adalah tempat dia mudah untuk mencurahkan segala isi hati
perasaannya.
Attending dilakukan untuk membuka proses konseling,
perhatian yang diberikan terpusat sehingga klien menjadi terbuka pada klien. Attending
berfungsi agar konselor dpat memperlihatkan penampilan yang attending
diberbagai situasi hubungan interpersonal secara umum khususnya dalam relasi
konseling dengan konseli.( Sofyan S. Willis, 2004 : 176 ).
Dari beberapa fungsi tersebut dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa fungsi dari teknik attending adalah konselor dapat memfokuskan
pada komunikasi non ferbal konseli sehingga perhatiannya terpusat pada konseli
dan dapat memperlihatkan penampilan yang attending khususnya dala relasi
konseling dengan konseli.
Attending bermanfaan agar konseli merasa dihargai dan
terbina suasana kondusif.
( Sofyan S. Willis, 2004 : 176 ). Attending bermanfaat
agar konseli merasa dihagai sehingga ia senang, betah, dan mau mencurahkan ide
dan perasaannya secara bebas.
2.3. Pembukaan ( Openning )
Opening (pembukaan) adalah keterampilan atau
teknik untuk membuka atau memulai komunikasi atau hubungan
konseling. Raport (openning) mempunyai makna sebagai suatu kondisi saling
memahami dan mengenal tujuan bersama. (M. Surya, 2003 : 130).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa teknik
opening adalah teknik untuk membuka hubungan konseling sehingga terbentuk suatu
kondisi yang saling memahamidan mengenal tujuan bersama. Keterampilan ini
digunakan ketika konselor melakukan wawancara dengan klien. Opening merupakan
bentuk verbal dari ketrampilan attending.
Tujuan dari opening yaitu konselor memperoleh
dengan kepercayaan dari konseli dan akhirnya konseli dapat dengan bebas
dan terbuka dalam mengungkapkan masalahnya. Raport (openning) mempunyai makna
sebagai suatu kondisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama. (M. Surya,
2003 :130). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa teknik opening
adalah teknik untuk membuka hubungan konseling sehingga terbentuk suatu kondisi
yang saling memahamidan mengenal tujuan bersama.
Fungsi dari ketrampilan opening adalah mempererat
hubungan konselor dengan klien. Opening berfungsi untuk membuka poroses
konseling secara psikologis, serta berfungsi juga untuk menciptakan rasa nyaman
bagi konseli, sehinggas konseli akan merasa tenang dan percaya bahwa konselor
dapat membantu dan menangani masalahnya.denan demikian opening samgat
diperlukan oleh seorang konselor agar tercapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai
dalam proses konseling.
Contoh :
Tika :“Assalamungalaikum”(sambil mengetuk pintu ruang konselor)
Konselor :”Wassalamualaikumsalam, mba Tika (klien,men dan berjabat sambil tersenyum dan mempersilahkan duduk ke kursi)
Tika :“Assalamungalaikum”(sambil mengetuk pintu ruang konselor)
Konselor :”Wassalamualaikumsalam, mba Tika (klien,men dan berjabat sambil tersenyum dan mempersilahkan duduk ke kursi)
Tika
:” ya baik bu”terima kasih ( sambil duduk)Beberapa hal yang perlu dilakukan
oleh konselor dalam menggunakan teknik opening antara lain adalah menyambut
kehadiran klien, membicarakan topic netral, dan memindahkan pembicaraan topic
ke dalam permulaan dan konseling.
1. Penyambutan
. a.Verbal
Konselor member atau menjawab salam, menyebutkan nama
klien, mempersilahkan duduk dll.
b.Non verbal
Konselor segera membuka pintu ruang konseling, jabat
tangan, senyum dengan ceri, mendampingi mengiringi klien saat menuju tempat duduk
menempatkan klien pada tempat duduk yang lebih baik, duduk sesudah klien duduk
dll.
- 2. Pembicaraan Topik Netral
- Topiknetral adalah bahan pembicaraan yang
sifatnya umum dan tidak menyinggung perasaan klien.
- Bahan topic netral antara lain kejadian-kejadian
hangat gambaran-gambaran yang ada diruang konseling, potensi lingkungan
asal klien dll.
3.
Pemindahan Topik Netral ke Permulaan Konseling
1. Menggunakan kalimat “jembatan”
misalnya:“Setelah kita membicarakan…(isi topik netral), barangkali ada sesuatu
hal yang perlu kita bicarakan bersama dalam pertemuan ini”
2. Mengembangkan
sebagaian isi topik netral misalnya:
“Itu tadi
hobimu dibidang musik, lalu bagaimana dengan prestasimu dalam perkuliahan”
2.4. Acceptance (Penerimaan)
Penerimaan adalah teknik yang digunakan konselor untuk
menunjukan minat dan pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan klien. Teknik
penerimaan merupakan cara bagaimana konselor melakukan tindakan agar konseli
merasa diterima dalam proses konseli.(M. Surya, 2003 : 131). Dapat disimpulkan
dari pengertian diatas bahwa teknik acceptance adalah teknik yang digunakan
konselor untuk menunjukkan minat dan pemahaman terhadap hal-hal yang
dikemukakan konseli agar konseli merasa diterima dalam proses konseli.
Terdapat dua jenis penerimaan yaitu:
- a.Verbal
1) Bentuk pendekteruskan, oh… ya, lalu/kemudian, ya…ya, hem…hem… dll.
2) Bentuk panjang : saya memahami , saya menghayati, saya dapat merasakan, dll.
b.Non verbal
Anggukan
kepala posisi condong ke depan, perubahan mimik, memlihara kontak mata dll. Penerimaan
bukan berarti mensetujui, cerita apapun yang disampaikan klien diterima namun
bukan berarti setuju. Konselor menerima tanpa menilai sesuai dengan asas klien
tidak pernah salah ( KTSP ).
Konselor bertanggungjawab untuk
memperbaiki klien atau bisa disebut debgan memberikan dorongan minimal pada
klien.
Contoh Penerimaan (Acceptenc)
Konselor :”Bagaimana kabar
mba Tika
hari ini
?
Tika :”Alhamdulillah baik bu”,
Tika :”Alhamdulillah baik bu”,
Konselor :”Barusan pelajaran apa?”(Konselor duduk dengan tenang sambil sedikit mencondongkan badan
pada klien)
Tika :“pelajaran kimia bu”
Tika :“pelajaran kimia bu”
Konselor :”Anda suka pelajaran tersebut?atau sebaliknya?
Tujuan acceptenc adalah untuk menciptakan
suasana dimana konseli merasa dihargai. Fungsi dari Acceptenc ialah terjalin
suasana yang kondusif dan dinamis. Selain itu agar konseli merasa diterima
dalam proses konseling. Oleh karena itu, teknik ini perlu difungsikan supaya
proses konseling berjalan dengan lancar.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Teknik dasar yang dapat digunakan untuk membantu
konselor dalam menggali perasaan-perasaan konseli baik dari tingkah laku verbal
maupun non verbal sebagai usaha untuk memahami dirinya sendiri dan memahami
perubahan yang terjadi di dalam kehidupannya. Teknik dasar dalam komunikasi
konseling terdiri attending, opening acceptance dll. Teknik tersebut dapat
dilakukan baik verbal maupun non verbal guna membantu klien mengentaskan
masalahnya. Konselor harus mengetahui bagaimana cara membuat klien merasa
nyaman agar dapat mengekspesikan masalah apa yang dia hadapai. Serta konselor
harus mempunyai keterampilan dalam menggunakan teknik opening karena opening
yang baik dan tepat dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi klien. Serta
dalam diri konselor harus mempunyai jiwa penerimaan yang baik akan diri klien
hal ini diperlukaan agar klien tak sngkan dalam mengunggapkan apa yang ia dia
rasakan.
DAFTAR PUSTAKA
Supriyo dan Mulawarman. 2005. Keterampilam
Dasar Konseling. Semarang: UNNES
Tidak ada komentar:
Posting Komentar